Pandemi COVID-19 mendorong banyak perusahaan mengakselerasi transformasi digital. Dan cloud computing memainkan peran penting dalam akselerasi digitalisasi tersebut. Begini pengalaman XL Axiata.
Semula digitalisasi di perusahaan telekomunikasi ini dijadwalkan berjalan selama tiga tahun. Namun setelah terjadi pandemi, Yessie D. Yosetya, Chief Information & Digital Officer, XL Axiata, memperkirakan secara keseluruhan organisasi, transformasi digital mungkin tuntas dalam waktu delapan belas bulan saja. “Tapi berbeda-beda aspeknya, mulai dari yang sederhana, seperti invoice dan digital signature, sampai yang kompleks, dari manual ke automation,” jelas Yessie.
Implementasi cloud memang sejak awal sudah ada dalam rencana digitalisasi XL Axiata. Dengan adanya tuntutan akselerasi digitalisasi saat ini, peran penting cloud kian nyata. Menurut Yessie, dari evaluasi, perusahaan sudah melihat keuntungan yang bakal diraih dari migrasi ke public cloud. Di antaranya adalah siklus development aplikasi akan jauh lebih cepat.
Baca juga: AWS Bantu Adroady untuk Berfokus pada Inovasi Bisnis
Komputasi Awan Jawab Tiga Tantangan
Yessie melihat ada tiga tantangan yang dapat diselesaikan oleh komputasi awan. Pertama, cloud dapat menjawab tantangan biaya karena perusahaan tidak perlu lagi mempunyai data center sendiri. Efisiensi biaya sebesar 20-30% (dengan menggunakan perhitungan TCO 3-5 tahun) bisa dicapai XL Axiata dengan menggunakan cloud. Penerapan cloud juga dapat menjawab tantangan keamanan
Kecepatan time to market juga bisa diraih XL Axiata berkat skalabilitas dan agility yang diperoleh dari cloud. Menurut Yessie, dengan fitur auto scaling, sumber daya komputasi akan “mengembang” sesuai kebutuhan.
“Ini tentu berbeda sekali dengan cara kami bekerja dahulu yang pre-planned, yakni semua sudah ada rencananya. Pada saat kami lihat ada traffic yang naik, maka kami perlu siapkan computing power, tetapi butuh waktu 6-8 minggu sebelum kapasitas bisa tersedia. Sangat berbeda ketika kami masuk ke cloud,” Yessie menegaskan.
Lompatan On Premises ke Public Cloud
Yang menarik adalah perjalanan migrasi XL Axiata berlangsung dari on premises langsung ke public cloud. Selain karena akselerasi, lompatan itu juga karena pertimbangan biaya. Yessie menjelaskan jumlah server on premises di lingkungan TI XL Axiata memang sangat besar. “Saya coba buat private cloud tapi tidak terlalu besar saat itu. Dan ketika kami kalkulasi, yang perlu dimodernisasi itu masif jumlahnya, sangat besar, sehingga kalau kami melakukan dua step, dari on prem ke private lalu ke public, kami tidak akan dapat saving-nya,” papar Yessie.
Meski begitu, XL Axiata akan mengadopsi hybrid cloud karena sejumlah aplikasi harus tetap berjalan di lingkungan on premises karena sensitif terhadap latensi, seperti aplikasi billing dan aplikasi kritis yang datanya harus ada di on premises. Yessie menuturkan bahwa dalam tiga tahun, 70% aplikasi akan dimigrasikan dari data center ke cloud.
Cloud untuk Pelanggan dan Internal