Find Us On Social Media :

VMware: Kemampuan Hantarkan Aplikasi Modern Dorong Inovasi Organisasi

By Liana Threestayanti, Senin, 14 Desember 2020 | 15:45 WIB

Ilustrasi VMware

Riset global terbaru yang diselenggarakan oleh  VMware, Inc. mengungkap kunci dalam menghadirkan inovasi sekaligus pertumbuhan bisnis.

Menurut riset berjudul “Successful Digital Transformation: Apps at The Ready” tersebut, kesuksesan tersebut dapat diraih oleh organisasi/perusahaan ketika tercipta keselarasan antara tim bisnis, TI, dan pengembang aplikasi di perusahaan.  

Pandemi COVID-19 membawa dampak luar biasa pada perekonomian global. Seperti bisa diduga, VMware Research mengungkapkan bahwa perusahaan yang sejak jauh hari sudah menerapkan transformasi digital (DX) berada dalam kondisi yang lebih baik dalam menghadapi dampak melemahnya pertumbuhan bisnis akibat pandemi. Hal itu terjadi berkat meningkatnya kemampuan perusahaan dalam menghantarkan aplikasi-aplikasi modern.

“Riset ini mengungkap temuan bahwa di saat perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik (APAC) dituntut untuk menyelaraskan bisnis dengan pihak global, hanya sedikit perusahaan di APAC yang memprioritaskan pengalaman pengguna. Alih-alih, mereka lebih fokus pada prioritas-prioritas yang berhubungan dengan karyawan, seperti bagaimana meningkatkan kolaborasi dan menggaet SDM baru atau mempertahankan SDM yang ada, di mana hal ini akan memberikan fondasi yang kokoh untuk menuntaskan perjalanan digital perusahaan,” ujar Cin Cin Go, Country Manager, VMware Indonesia.

Beberapa hal yang menjadi catatan penting dari perusahaan-perusahaan yang telah sukses adalah teknologi merupakan salah satu komponen saja dalam meraih kesuksesan. Apa faktor-faktor lainnya?:

1.SDM Berkompetensi

Sebanyak 94 persen responden menyampaikan perlunya melibatkan sumber daya manusia (SDM) dengan skill teknis yang mumpuni dalam penyelenggaraan transformasi digital di perusahaan, apabila mereka ingin inisiatif ini sukses.

2.Pentingnya Peran Pemimpin 

Sebanyak 89 persen responden menuturkan bahwa organisasi dengan pemimpin yang berorientasi pada software ternyata lebih sukses. 

3.Keselarasan Tim 

Sebanyak 88 persen responden yakin  dengan adanya keselarasan yang terbangun antara para stakeholder yang terlibat dalam proses pengembangan aplikasi akan menjadi garda terdepan dalam meraih kesuksesan transformasi digital di perusahaan.

Namun hampir semua perusahaan yang menjadi responden riset mengalami hambatan-hambatan dalam perjalanan transformasi digital, terlepas dari skala bisnisnya. 

Sebanyak 97 persen responden di APAC menyatakan telah merasakan kesuksesan transformasi digital mereka, entah dalam skala besar maupun kecil. Namun 90 persen dari mereka merasakan adanya hal-hal yang menghambat upaya mereka. Ada tiga hal yang dapat menghambat terlaksananya transformasi digital di perusahaan-perusahaan di APAC:

1.Terlalu banyak persyaratan yang harus dipenuhi terkait dengan hal keamanan dan regulasi (32 persen atau 5 persen lebih tinggi dari rata-rata global).

2.Aplikasi/software tidak dapat terintegrasi dengan sempurna dengan sistem yang ada atau sistem legacy (27 persen).

3.Terlalu banyak platform yang justru menyebabkan proses transformasi itu menjadi terlalu kompleks (27 persen). 

Terkait proses penerapan dan pengembangan software, pada perusahaan-perusahaan di APAC yang mengalami peningkatan pertumbuhan 5 persen ke atas, ternyata lebih dari 14 persen lebih proses software/aplikasi net-new mereka rata-rata sudah berada di tahap produksi, jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan 5 persen ke bawah.

Pengambil kebijakan TI dan pengembang aplikasi di perusahaan dengan pertumbuhan lebih tinggi maupun rendah menyampaikan adanya kesamaan dalam waktu yang dibutuhkan oleh tim mereka terkait dalam maintenance (39 persen). Namun, perusahaan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi lebih banyak menggelontorkan belanja pada inovasi (49 persen) dari pada mereka yang berada di jajaran perusahaan dengan pertumbuhan lebih rendah (44 persen). Sementara, tingkat agility yang mereka rasakan dalam proses pengembangan aplikasi sebesar 58 persen berbanding 46 persen.