Find Us On Social Media :

Biang Onar, Twitter, Facebook dan Youtube Tutup Sementara Akun Trump

By Adam Rizal, Kamis, 7 Januari 2021 | 13:30 WIB

Presiden AS Donald Trump menyebut inisiatif contact tracking Apple-Google bisa melanggar privasi warga AS

Twitter mengangguhkan akun milik Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu (6/1/2020) petang waktu AS, atau Kamis (7/1/2021) pagi ini WIB.

Akun Twitter dengan handle @realDOnaldTrump ditutup sementara setelah Presiden AS itu mengunggah twit yang dinilai berisi dukungan aksi kekerasan yang sedang berlangsung di tengah demonstrasi di Gedung Capitol (DPR/MPR AS), di Washington DC.

Setelah menindaklanjuti situasi yang memanas di Washington, Twitter meminta agar Trump menghapus tiga twit terbaru yang diunggah pada Rabu (6/1), karena dianggap melanggar kebijakan Integritas Sipil.

Twit-twit tersebut sebelumnya dilabeli Twitter sebagai twit yang menyesatkan. Awalnya, Twitter hanya membatasi agar twit tersebut tidak bisa di-reply (jawab), retweet, dan like (disukai). Namun setelah itu, Twitter memutuskan untuk menangguhkan akun Twitter milik Donald Trump, karena alasan tersebut di atas.

"Itu artinya, akun @realDonaldTrump akan ditangguhkan selama 12 jam setelah penghapusan twit tersebut," tulis Twitter melalui akun @TwitterSafety.

Apabila twit yang dimaksud tidak juga dihapus oleh Trump, Twitter mengancam akan menangguhkan akun Donald Trump selamanya (permanen).

"Pelanggaran aturan Twitter di masa mendatang, termasuk melanggar Integritas Sipil kami atau ancaman kekerasan, akan mengakibatkan penangguhan permanen atas akun @realDonaldTrump," tulis Twitter.

Twitter juga mengatakan bahwa opsi penangguhan sejatinya dihindari sebagaimana tercatut di "kebijakan kepentingan publik", yang disebutkan bahwa twit dari para pemimpin dunia harus dibiarkan tetap aktif untuk memungkinkan pengawasan dan penyebaran publik.

Namun, Twitter khawatir akan adanya risiko yang lebih besar lagi dan berbahaya, apabila tidak melakukan penangguhan.

"Kami akan terus mengevaluasi situasi secara real time, termasuk memeriksa aktivitas di lapangan dan pernyataan yang dibuat Twitter," tulis tim Twitter Safety.

Dilaporkan Engadget, tiga twit yang dipermasalahkan telah hilang dari akun Twitter Donald Trump. Termasuk video yang dianggap menghasut kekerasan. YouTube juga telah menghapus pidato Donald Trump yang dimaksud dalam platformnya.

Dalam video itu, Trump menyerukan agar para pendukungnya kembali ke rumah. Namun, ia pun memberikan simpati atas aksi kekerasan di gedung kongres Capitol itu. Ia pun menekankan kembali klaim bahwa telah terjadi kecurangan perhitungan suara dalam Pemilu Presiden AS.

"Ini adalah situasi darurat dan kami mengambil tindakan darurat yang sesuai, termasuk menghapus video Presiden Trump," kata Guy Rosen, Wakil Presiden Integritas Facebook, dalam sebuah cuitan, seperti dikutip CNN.

"Kami menghapusnya karena kami yakin hal itu akan mengurangi risiko kekerasan yang sedang berlangsung."

Diikuti Facebook dan YouTube

Belakangan, Facebook ikuti langkah Twitter mengunci akun Donald Trump. Akibatnya, akun itu tak bisa lakukan unggahan (posting) konten selama 24 jam.

Melansir CNBC, Facebook mengumumkan langkahnya yang akan mencari dan menghapus konten para penyerbu Gedung Capitol, dan segala konten yang berupaya melakukan seruan protes yang memicu banyak kerusuhan di beberapa hari mendatang.

YouTube milik Google juga melakukan hal serupa yaitu telah menghapus video tersebut dengan alasan melanggar kebijakan yang mengunduh konten berisikan ujaran kebencian terkait hasil pemilu AS 2020.

Kekacauan di gedung DPR/MPR AS terjadi setelah masa pendukung Trump berhasil merangsek ke dalam gedung Capitol.

Dalam aksi ini, seorang wanita tewas ditembak dan puluhan demosntran lainnya luka-luka. Kekisruhan ini membuat polisi memberlakukan jam malam pukul 18.00 di seluruh DC.