Find Us On Social Media :

Inilah Manfaat Cloud dan Automation di Perusahaan Logistik ATT Group

By Wisnu Nugroho, Kamis, 7 Januari 2021 | 17:26 WIB

Ilustrasi aktivitas logistik di bandara

Nama ATT Group mungkin kurang familiar bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Namun jika Anda pernah berbelanja di e-commerce, apalagi produknya berasal dari luar negeri, kemungkinan besar Anda secara langsung maupun tidak langsung telah menggunakan jasa ATT Group.  

Maklum saja, ATT Group melalui anak perusahaannya PT. Global Trade Logistics Network (GTLN) adalah authorized business partner dari perusahaan raksasa Alibaba di Indonesia. ATT Group inilah yang mengurus mengurus puluhan ribu produk yang masuk dari jejaring distribusi Alibaba ke Indonesia, mulai dari distribusi logistik, pengurusan pajak, sampai jasa kepabeanan. 

Dengan skala sebesar itu, kompleksitas proses bisnis di ATT Group memang sangat tinggi. 

Apalagi baru-baru ini, muncul aturan baru di mana setiap barang impor dengan harga di atas US$ 3 harus dikenakan pajak bea masuk (kecuali buku). “Setiap kiriman yang masuk ke Indonesia harus dilaporkan dan pajak serta bea masuknya dibayar sebelum barang diperbolehkan keluar dari bandara,” cerita Bagus Santoso, IT Director ATT Group.

Direktorat Jenderal dan Pajak sendiri mematok standar bagi perusahaan logistik untuk memasukkan manifest (daftar informasi barang) paling lambat 8 jam sebelum pesawat mendarat. “Jika telat, akan ada sanksi,” ungkap Bagus. Hal yang sama juga berlaku untuk produk ekspor, ketika surat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) harus diterima sebelum pesawat lepas landas.

Karena itu, kecepatan pertukaran data menjadi kunci bagi ATT Group. “Ketika pesawat take-off dari origin (tempat asal, red), kami sudah harus menerima manifest barang-barang yang nanti akan mendarat,” ungkap pria ramah ini. Begitu pesawat mendarat, data manifest pun langsung disetor ke Bea Cukai untuk diproses kewajiban pajak bea masuknya.