Ketika makin banyak perusahaan menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk menciptakan solusi yang scalable, meningkat pula risiko reputasi, regulasi, dan hukumnya. Sebab sistem AI dilatih untuk belajar dari sekumpulan dataset, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik harus mengantisipasi masalah etis yang muncul dari makin luasnya pengumpulan, analisis, dan penggunaan data dalam jumlah besar.
Saat ini, wacana seputar etika AI berkisar pada masalah anonimisasi data. Australia, Singapura, dan Korea Selatan sudah memiliki kerangka kerja AI. Adapun market lain, termasuk India dan Indonesia, sedang menyusun berbagai regulasi dan menetapkan standar nasional untuk inovasi AI pada tahun 2021. Selain itu, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik dapat berperan dengan membangun tata kelola data yang kuat.
“Kami memperkirakan tren yang sama akan terjadi di Indonesia pada 2021, menyusul berbagai kemajuan yang terjadi di negeri ini,” kata Fanly Tanto, Country Manager for Indonesia, Cloudera.
Ia mencontohkan 5G yang akan segera dimulai begitu tahun ini pemerintah selesai mengalokasikan blok frekuensi 5G kepada tiga operator lokal. Hal ini akan menyebabkan terciptanya data dalam jumlah yang sangat besar sebab 5G akan mendorong IoT dan edge computing. "Sehingga sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mampu mengelola data mereka dengan efektif dan mematuhi berbagai regulasi perlindungan data," tegas Fanly.
Selanjutnya, Fanly mengatakan bahwa Cloudera siap membantu berbagai proyek berbasis data agar dapat memberikan nilai yang strategis bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang membutuhkan enterprise data cloud dalam strategi data mereka.
"Dengan begitu, setiap karyawan mereka akan memiliki akses ke data dan insight yang relevan, selagi mengendalikan pengeluaran, mengurangi risiko, serta menerapkan keamanan dan tata kelola yang konsisten di semua aset data. Pada gilirannya, mereka akan berada pada posisi yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi operasional, menemukan sumber pendapatan baru, dan memberikan pengalaman atau layanan pelanggan yang lebih baik kepada masyarakat — bahkan saat mereka harus berhadapan dengan disrupsi,” ujar Fanly Tanto.