Faktor-faktor seperti pandemi global dan model pembelajaran baru telah membuat kolaborasi dan berbagi sumber daya antar lembaga menjadi lebih umum.
Demikian pula di sektor healthcare dimana sekitar setengah dari mereka yang disurvei di industri ini menyatakan telah mengadopsi edge computing, dan 80 persennya adalah pengguna yang sudah ada dari beberapa bentuk layanan cloud computing.
Penelitian menunjukkan alasan utama pergeseran ini adalah untuk mengatasi masalah bandwidth dan latensi, memenuhi kewajiban terhadap aspek keamanan, dan meningkatkan efisiensi biaya.
Di sektor layanan keuangan, preferensi terhadap komputasi edge cukup tinggi dimana 63 persen institusi layanan keuangan di Asia Pasifik menyatakan telah mengadopsi edge computing dan hanya 22 persen responden yang mengatakan mereka akan memindahkan setiap beban kerja ke cloud.
Kondisi TI di Asia Pasifik Saat Ini
Survei TRA juga menyoroti beberapa poin penting terkait strategi infrastruktur TI saat ini di 10 negara. Berikut beberapa temuannya:
- Teknologi hybrid makin diminati di Kawasan Asia Pasifik dengan 51 persen responden menyatakan bahwa mereka akan memiliki perpaduan infrastruktur antara cloud dan on-premise. Artinya pedoman beban kerja per beban kerja sekarang ini telah menjadi pendekatan yang dominan untuk mengelola infrastruktur di Asia Pasifik. Bisnis tidak lagi mempraktikkan konsep "cloud first" yang memengaruhi pengambilan keputusan mereka.
- Ada sedikit peningkatan pada perkiraan jumlah data center yang dimiliki dan penggunaan co-location. Sebanyak 21 persen responden berencana membangun infrastruktur baru.
- 95 persen responden mengatakan saat ini mereka sudah menggunakan Perangkat Lunak sebagai Layanan (SaaS). Persentase ini akan tetap konstan, namun TRA memprediksi pertumbuhan SaaS akan terus berlanjut dengan penambahan jumlah organisasi yang memanfaatkannya dari waktu ke waktu.
- Modernisasi data center dan cloud computing adalah prioritas utama untuk 1 dari 2 organisasi di Indonesia. Pembangunan infrastruktur baru masih menjadi fokus dan mengalami pertumbuhan. Namun pergerakan dalam cloud computing cenderung lebih sedikit.
Baca Juga: Bagaimana Edge AI Mengubah Perangkat-perangkat Cerdas
Temuan utama tentang adopsi edge computing
Terkait adopsi pasar, 28 persen pemimpin TI di Kawasan Asia Pasifik menyatakan memanfaatkan edge computing di berbagai lokasi dengan tambahan pengguna baru sebanyak 38 persen dalam 24 bulan ke depan.
Hal ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah lokasi dari rata-rata 7 lokasi menjadi 11 lokasi.
Organisasi di Indonesia menyatakan bahwa mereka sudah mengadopsi edge computing (39%) atau baru mengenal tetapi memahami konsepnya (40%).
Hal ini mungkin terjadi dikarenakan untuk beberapa wilayah masih menggunakan warisan on-premise yang sudah ada.
Namun begitu, terdapat temuan lain bahwa banyak organisasi di Indonesia mulai mengembangkan proyek modern yang melibatkan solusi edge terbaik.
Sebagai informasi, tujuan utama pemanfaatan edge computing mencakup:
- Pengalaman pelanggan: Menggunakan solusi edge untuk memberikan pengalaman yang lebih baik dan memungkinkan pelanggan mengakses data dan aplikasi dengan lebih aman dan cepat.
- Pengalaman internal/karyawan: Mengurangi latensi dan memungkinkan karyawan menjadi lebih produktif, melalui pemanfaatan teknologi IoT terbaru yang menekankan pada fungsionalitas dan pengalaman baru.
- Pemantauan: Memungkinkan pemeliharaan peralatan dan mesin secara proaktif, memantau kinerja gedung dan aset, dan memastikan pemantauan keamanan CCTV.
Secara keseluruhan, pengguna awal edge computing di Asia Pasifik melihat penurunan biaya TI dan operasional yang berdampak terhadap peningkatan bisnis yang berkisar rata-rata 5 hingga 10 persen.