Negara-negara perlu melakukan investasi TIK berdasarkan masing-masing faktor pendukung yang ada untuk menghasilkan efek pengganda (multiplier effect).
Secara umum, perekonomian terdiri dari kombinasi berbagai sektor dengan satu atau dua sektor yang cenderung mendominasi. Laporan GCI 2020 menyarankan bahwa strategi TIK suatu negara harus dibangun berdasarkan kekuatan sektoral yang terakumulasi. Terlepas dari apapun industrinya, digitalisasi yang lebih banyak akan memiliki nilai tambah yang lebih banyak pula.
Untuk kali pertama, dalam laporan GCI yang dirilis tahun 2020 ini diusulkan lima tahapan utama untuk transformasi digital sektor ekonomi:
Tahap 1: Efisiensi Tugas
Berfokus pada pelacakan penyelesaian tugas-tugas individu melalui konektivitas mendasar dan komunikasi yang lebih efisien
Tahap 2: Efisiensi Fungsional Fungsi-fungsi yang terkomputerisasi atau otomatis yang ditenagai TIK memungkinkan untuk menangani banyak tugas secara bersamaan dan berbagi informasi dengan lebih efisien.
Tahap 3: Efisiensi Sistem
Lebih fokus pada digitalisasi fungsi sistem inti untuk operasional yang efisien. Perusahaan yang berada pada tahap ini akan memiliki permintaan atau kebutuhan yang lebih tinggi terhadap konektivitas dan layanan cloud.
Tahap 4: Efisiensi dan Ketangkasan Organisasi
Proses perusahaan menjadi digital, aplikasi perusahaan dimigrasikan ke cloud, dan semua sistem terintegrasi secara efektif. Selain itu, jaringan dengan cakupan tinggi, adopsi luas aplikasi berbasis cloud, serta penyebaran AI dan IoT berkontribusi pada insight dan analisis data secara real-time.
Tahap 5: Efisiensi dan Ketahanan Ekosistem
Seluruh ekosistem menjadi digital, mampu dengan cepat merespon perubahan pasar, dan dapat mendukung koordinasi otomatis dan kolaborasi lintas sektor di antara para pemangku kepentingan. Teknologi representatif seperti 5G, IoT, dan robotika menghadirkan peluang baru bagi kemunculan model bisnis baru, metode kerja, dan produk-produk melalui proses digitalisasi.