Find Us On Social Media :

Paper.id dan Pelaku Usaha Bicara Dampak Pandemi pada Sektor FMCG

By Liana Threestayanti, Kamis, 11 Februari 2021 | 19:15 WIB

Pandemi COVID-19 memberikan pukulan telak kepada berbagai sektor industri di Indonesia, termasuk sektor FMCG. Para pakar menyarankan pelaku industri melakukan langkah ini.

Secara umum, dampak terbesar dirasakan pada industri manufaktur, otomotif, dan industri besar lainnya dengan tingkat kontraksi hingga 60% - 70%, menurut Sugi Purnoto, Senior Consultant Supply Chain Indonesia.

Selain itu lini bisnis consumer goods juga termasuk sebagai salah satu bisnis yang ikut terdampak, terutama pihak ritel dan distributor.

Dalam sebuah acara bertajuk Interview The Expert Paper.id berusaha memperolej gambaran dan lansekap yang jelas tentang kondisi di lapangan saat ini dengan mewawancari beberapa pelaku bisnis di sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Grosir dan Retailer Terdampak Paling Signifikan

Pandemi COVID-19 memberikan pukulan telak kepada berbagai sektor industri di Indonesia, termasuk sektor FMCG. Para pakar menyarankan pelaku industri melakukan langkah ini.

Berbicara dengan principal, Paper.id mengungkapkan bahwa sejumlah principal mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti. 

Rikat Raksamiharja, Distribution Development Associate Manager Nutrifood mengaku, kalau ada beberapa jenis produk mereka yang justru mengalami kenaikan dalam tingkat permintaan dari konsumen.

Namun di sisi lain, Rikat melihat, dampak terburuk justru dialami pihak grosir dan peritel. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat grosir dan retailer tidak dapat menjalankan usahanya secara normal. Terkadang, mereka harus menutup toko sepenuhnya atau mengikuti tanggal ganjil/genap sesuai nomor toko. 

Selain itu, permasalahan lainnya yang juga dialami adalah pembayaran piutang yang tidak lancar. Hal ini akibat penurunan  daya beli konsumen yang sekarang lebih selektif dalam belanja. Akibatnya, pihak grosir atau retailer mengalami penurunan dalam pemasukan dan tidak dapat membayar distributor.

Terkait masalah ini, sejumlah pelaku usaha memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Varend, Sr. Trade Marketing Manager, PT. Mondelez International mengatakan bahwa perusahaan harus memiliki manajemen Account Receivable (AR) yang baik dalam mengelola penagihan piutang usaha, terutama dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. 

Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sistem Pareto untuk melakukan mapping akan masalah yang ada sehingga, bisa segera mengatasinya. Sebagai contoh, distributor bisa melakukan follow up dan mengingatkan retailer besar untuk kondisi finansial yang lebih baik secara konsisten. Selain itu, distributor juga bisa fokus dalam melakukan penagihan secara digital selama pandemi, mengingat tim sales mereka tidak bisa datang ke toko-toko.