Find Us On Social Media :

Paper.id dan Pelaku Usaha Bicara Dampak Pandemi pada Sektor FMCG

By Liana Threestayanti, Kamis, 11 Februari 2021 | 19:15 WIB

Sementara Budiman Goh, COO Enesis, melihat bahwa masalah yang dialami oleh grosir/retailer dalam pembayaran piutang kepada distributor bisa diselesaikan dengan invoice financing. 

“Hal ini bisa menjadi peluang bagi institusi-institusi P2P lending untuk masuk kesana dan membantu mereka walaupun butuh edukasi khusus dalam proses implementasinya agar berjalan lancar," tuturnya. 

CEO Paper.id,  Jeremy Limman menyarankan para distributor memerhatikan beberapa hal guna mengatasi arus kas yang macet, seperti memetakan barang apa yang paling dibutuhkan masyarakat, menetapkan harga sesuai dengan potensi pasar saat ini, dan tidak menimbun produk yang dibutuhkan masyarakat. Selain itu, Jeremy juga juga menyarankan para distributor tegas dalam membatalkan pesanan yang tidak memungkinkan, mulai melek dengan digitalisasi dan penggunaan transaksi online, memberikan promosi, hingga sesekali memberikan donasi kepada para tenaga medis atas support buat garda terdepan.

Langkah Selepas Pandemi

Para pelaku bisnis di industri  FMCG memprediksi bahwa proses recovery dipastikan akan berjalan dengan lambat, meskipun dunia sudah pulih selepas pandemi berakhir. Budiman Goh memprediksi bahwa industri FMCG akan mengalami rebound hanya sebesar 80%.

Varend mengutarakan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan selepas pandemi. Pertama, perubahan perilaku konsumen. Semasa pandemi, terjadi perubahan pola konsumsi konsumen mengikuti keadaan yang sedang terjadi. Riset Nielsen menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 mengubah perilaku konsumen yang lebih fokus kepada produk personal care seperti kesehatan, makanan dan kebersihan serta peningkatan akses ke marketplace untuk berbelanja kebutuhan mereka.  Tren tersebut diprediksi tetap akan bertahan selama 2021, mengingat pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai. 

Terakhir, digitalisasi perlu dilakukan bagi perusahaan yang belum melakukannya. Varend menilai, pandemi menjadi sebuah “alarm” yang menyadarkan para pengusaha bahwa mereka perlu meningkatkan produktivitas dengan pengadopsian teknologi dalam kinerja mereka. Dengan begitu, tenaga kerja yang ada dapat terdistribusi dengan baik sesuai dengan sasarannya.