Find Us On Social Media :

Strategi Penilaian Startup Jadi Kunci Modal Ventura Siap Berinvestasi

By Rafki Fachrizal, Kamis, 18 Februari 2021 | 19:45 WIB

Ilustrasi Startup

Untuk menggali penilaian dengan lebih objektif, PMV akan berbicara dengan pemain di pasar tersebut untuk mengetahui persepsi, tingkat kepuasan, dan minat mereka terhadap startup tersebut.

Ketiga adalah menilai produk, di mana produk yang ditawarkan harus memiliki unique value proposition (USP) yang jelas serta diferensiasi dengan kompetitor. Saat menilai startup tahap awal, biasanya investor tidak punya cukup data terkait biaya dan profitabilitas.

Penilaian akan mengandalkan aspek-aspek kualitatif, atau hanya bisa membandingkan dengan proxy data (misalnya jumlah download) dan benchmark dengan bisnis serupa. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi investor saat harus menilai startup dengan data kuantitatif yang minim.

Terakhir, investor akan menilai performa operasional dan finansial. Di tahap ini, PMV semakin kritis terhadap kemampuan eksekusi startup, mulai dari laporan keuangan historis, proyeksi, unit ekonomi atau struktur biaya, dan potensi profitabilitas. Potensi startup untuk exit juga menjadi faktor pertimbangan investasi.

Baca Juga: BEI Pastikan Ada Dua StartUp di Tanah Air yang Siap IPO Tahun Ini

Menyamakan Visi dan Misi antara Investor dengan Investee

Dari perspektif PMV spesialis pendanaan mikro yang kerap menyasar bisnis nonteknologi dan UMKM, Chrismanto Saragih selaku Ketua III AMVESINDO menekankan pentingnya menyamakan visi dan misi antara investor dan calon investee.

Misalnya, ada tipe impact investor yang tidak hanya menilai aspek profitabilitas saja namun juga melihat dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari sebuah bisnis bagi masyarakat.

Sebagai contoh, salah satu PMV mikro dengan visi ini pernah berinvestasi ke rumah sakit khusus yang akan dibangun dan memiliki rencana dapat melayani 70% pasien BPJS.

Kemudian dalam menilai kelayakan bisnis, PMV mikro juga menyorot pentingnya melakukan penilaian langsung ke lapangan.

“Informasi on paper umumnya terlihat bagus, namun sebaiknya kita melakukan validasi langsung. Kami punya pengalaman dengan calon investee di Jawa Tengah dari sektor pertanian, yang melakukan produksi dan pemasaran beras organik secara terintegrasi. Kita lakukan penilaian langsung secara end-to-end mulai dari lihat proses pembuatan dan pabrik pupuknya, pengelolaan sawah, berdialog dengan petani dan pengelola pabrik pupuk, kita juga cek lahannya, karena kalau melalui paper saja tidak bisa kita yakini 100%,” ungkap Chrismanto.

Baca Juga: Startup School, Program Pelatihan Virtual untuk Startup dari Google