Big data dan analytics tengah menjadi fokus perhatian para profesional teknologi maupun pelaku bisnis. Dan sebagai Vice President, IT Business Intelligence & Analytics, PT Telkomsel, Tina Lusiana praktis tepat berada di tengah “pusaran” big data.
Sebelumnya, Tina tak pernah membayangkan dirinya akan banyak berurusan dengan big data. “Karena secara sub jurusan pun saya tidak memilih bagian basis data,” ujar lulusan Informatika, Institut Teknologi Bandung ini.
Hampir empat belas tahun berkarier di Telkomsel, Tina sempat singgah di beberapa divisi yang berbeda, seperti divisi Charging, Reporting, dan Enterprise Architect sebelum akhirnya berlabuh di divisi pengolahan data. Dan hampir satu setengah tahun terakhir ini, Tina diamanahi menggawangi subdirektorat IT Business Intelligence dan Analytics.
Big data menjadi dunia yang sangat menarik bagi Tina, terutama karena big data dan solusi intelligence di dalamnya dapat membantu memberi jawaban atas pertanyaan bisnis serta memberi gambaran atas performa bisnis atau proses bisnis yang berjalan dengan cara connecting the dots.
Dalam konteks yang lebih luas, Tina juga melihat potensi besar big data untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial. Ia membayangkan di masa depan akan ada connected Indonesia, dalam konteks big data. Ketika data publik terhubung satu sama lain secara nasional, maka akan banyak kemudahan dan manfaat yang bisa dirasakan oleh banyak pihak. Tentunya dengan tetap memperhatikan aspek keamanan data itu sendiri.
“Akan mudah bagi pemerintah atau siapapun untuk mengidentifikasi pelajar yang berprestasi, SME yang berpotensi, dan menemukan area dengan populasi kemiskinan yang besar dan harus dibantu,” ujar Tina bersemangat.
Ia mencontohkan data ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. “Itu hal yang sederhana tapi ketika data-data yang terkait kebutuhan publik terkoneksi dapat menjadi hal yang sangat besar dan membantu banyak orang. Jadi tidak hanya tentang insight dari data,” ibu tiga anak ini menambahkan.
Namun Tina Lusiana menyadari sumbangsihnya saat ini baru sebatas lingkungan Telkomsel. “Yang bisa saya lakukan saat ini adalah saya dan tim berusaha memberikan kontribusi terbaik untuk Telkomsel, bagaimana kami bisa membantu teman-teman yang sedang berjuang di sales, marketing dan network dengan ragam insight data yang mereka butuhkan untuk mengembangkan business process,” ujarnya lagi.
Tina yakin apa yang ia dan timnya lakukan saat ini berimplikasi tidak hanya pada satu rantai karena TI dan big data hanyalah bagian kecil dari value chain Indonesia yang sangat besar dan kaya. Membantu bagian Network dengan data dan analisis BTS, misalnya, Tina berharap dapat menjadi bagian dari upayanya membantu memperluas jaringan telekomunikasi di Indonesia. Untuk itu ia selalu mengingatkan timya untuk memastikan bahwa big data dapat memberikan nilai/value sebanyak-banyaknya bagi perusahaan.
Tantangan Menangani Data
Berbicara tentang tantangan pengelolaan data yang dihadapinya, Tina menyebutkan tiga tantangan dari sisi teknis. Pertama adalah bagaimana menangani data itu sendiri. “IDC mengestimasi bahwa penambahan informasi yang disimpan di world of IT system dalam setiap dua tahun akan dua kali lipat volumenya,” jelas perempuan yang hingga saat tulisan ini diterbitkan adalah VP termuda di Telkomsel.
Untuk mengatasi hal ini, Tina bersikap selektif dan lebih hati-hati dalam memilih data yang akan dikumpulkan. “Kita pertimbangkan mana sih yang memberikan manfaat bisnis paling maksimal, kita juga harus rutin melakukan efisiensi kapasitas data, housekeeping data, housekeeping proses. Kita pun harus pastikan penyimpanan data juga efisien,” jelasnya.