Tantangan berikutnya dalam mengelola dan menyampaikan data adalah memastikan validitas data itu sendiri. “Secara kualitas, aset dan proses yang berjalan itu harus terkontrol,” imbuh Tina. Oleh karena itu data dan proses yang akan dikontrol dan diprioritaskan harus dipilih dengan seksama. Dan yang terpenting di sini adalah digitalisasi terutama automasi dan alerting.
Dan terakhir adalah menentukan rangkaian solusi yang tepat guna. “Karena teknologi big data yang ada di market saat ini sangat banyak, baik itu yang konteksnya open source maupun yang private technology. Kita harus memilih solusi yang cost effective tapi tetap memungkinkan kita memenuhi ekspektasi bisnis,” ujar Tina.
Mendorong Pemanfaatan Pengolahan Data
Sementara di sisi non teknis, selain tantangan sumber daya yang tidak memadai baik secara kuantitas atau kualitas, serta potensi data silo, Tina juga melihat acceptance atau penerimaan terhadap solusi analitik itu sendiri. Hal ini penting karena solusi analitik dibangun untuk membantu tugas pengelolaan dan pemanfaatan data yang lebih efektif dan efisien saat sumber daya mungkin terbatas sementara proses bisnisnya sangat besar.
“Kita harus konsisten agar setiap solusi yang kita bangun tidak hanya digunakan sementara saja. Hal itu tentunya kontra produktif. Perlu ada acceptance untuk secara konsisten memanfaatkan solusi analytics agar membantu pekerjaan kita,” ia menyarankan. Dan tantangan nonteknis yang tak kalah pentingnya adalah memastikan adanya business value creation yang semaksimal mungkin dari pengolahan data.
Dalam menanggulangi tantangan SDM, Tina Lusiana menekankan pentingnya menanamkan budaya kolaborasi, selain merutinkan pelatihan dan update informasi teknologi terbaru. Menurut Tina, diskusi atau sharing tak jarang bisa menjadi wadah pembelajaran yang lebih efektif ketimbang di kelas.
Sedangkan untuk meningkatkan acceptance, Tina giat mendorong pemanfaatan pengolahan data ke divisi-divisi lain. “Kenapa itu penting? Ketika kita tahu ada sebuah data yang valuable untuk kebutuhan analisa business, sebaiknya kita segera sampaikan kepada business stakeholder terkait agar memberikan manfaat bagi mereka,” jelasnya. Dengan semakin banyak user yang menggunakan atau memanfaatkan big data untuk kebutuhan bisnis, semakin banyak pula value creation yang bisa diperoleh melalui teknologi.
Biasakan Kerja Cepat
Berada di ranah yang hingga saat ini relatif masih didominasi pria, Tina Lusiana tidak melihat adanya hambatan bagi perempuan untuk mengembangkan karier dan kesempatan belajar di bidang TI maupun di bidang data.
“Meskipun bidang TI ini masih didominasi laki-laki, tapi di sisi lain, dalam beberapa case kemampuan multitasking dan ketelitian yang biasanya dimiliki perempuan justru akan sangat membantu penyelesaian task yang lebih cepat dan lebih tepat. Jadi, ada sisi kewanitaan yang bisa sangat membantu di bidang ini,” cetus wanita yang hobi masak ini.
Berangkat dari pengalamannya berkecimpung di bidang TI selama hampir 14 tahun, Tina Lusiana mempunyai beberapa saran bagi kaum perempuan yang ingin berkarier di bidang TI.
“Jangan pernah bosan untuk mempelajari sesuatu yang baru. Percaya diri untuk menerima tantangan yang ada dan tidak malu untuk mengeluarkan ide-ide,” ujar Tina. Ia juga menyarankan agar membiasakan diri bekerja cepat dan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar kita. Dan yang terakhir adalah mentalitas yang kuat. “Jangan pantang menyerah apalagi kalau ada persepsi bahwa perempuan gagap teknologi,” tutupnya.