Find Us On Social Media :

F5: Strategi Aplikasi 2021 Akan Libatkan Empat Teknologi Ini

By Liana Threestayanti, Jumat, 19 Maret 2021 | 09:30 WIB

Ilustrasi aplikasi.

Laporan 2021 State of Application Strategy (SOAS) dari F5 memperlihatkan bagaimana pandemi telah mengakselerasi transformasi digital dengan fokus pada AI, telemetry, dan multi cloud.

COVID-19 memicu akselerasi kecepatan upaya transformasi digital di seluruh dunia, menurut laporan yang telah digelar selama 7 tahun oleh F5 ini. Perusahaan mempercepat transformasi digitalnya dalam satu tahun terakhir, dan diprediksi akan terus berlanjut setelah pandemi. Dan akibat keterbatasan berinteraksi secara langsung, aplikasi dan digital experience menjadi identik dengan kehadiran dan kemampuan sebuah organisasi untuk bertahan dan berkembang.

“Laporan tahun ini menyoroti banyaknya perbedaan prioritas yang dihadapi tim TI saat ini. Yang paling umum adalah fleksibilitas serta kenyamanan versus keamanan, juga ketika perusahaan mengorganisasi sejumlah besar data dan pada saat yang sama membutuhkan cara untuk mengekstraksi data yang bermanfaat,” ucap Kara Sprague, EVP dan GM, BIG-IP, F5. 

Kara lebih lanjut menuturkan laporan tersebut juga memperlihatkan bahwa perusahaan makin mengandalkan otomatisasi untuk mengurangi biaya operasi, saat mereka juga terus menyesuaikan aplikasi dengan digital experience yang berfokus kepada pelanggan. "Banyak di antaranya adalah fungsi dari kecepatan sebuah industri merespons COVID — yang memaksa banyak sekali pertimbangan operasional, kekhawatiran, dan peluang untuk ditangani secara bersamaan dalam waktu yang singkat," imbuh Kara Sprague.

Laporan SOAS tahun ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan konektivitas, menurunkan latensi, memastikan keamanan, dan memanfaatkan insight yang didasarkan pada data. Laporan ini juga memperlihatkan bertambahnya minat terhadap cloud, solusi As-a-Service, edge computing, keamanan aplikasi, teknologi delivery.  

Di samping itu, meskipun microservices, APIs, dan containers dapat mempercepat penerapan aplikasi individu dari perspektif DevOps, jangkauan dan luasnya aplikasi modern juga menjadi lebih kompleks— di mana banyak organisasi tidak memiliki keterampilan untuk benar-benar menyederhanakan penerapannya. Hal ini terutama saat mengelola portofolio aplikasi yang lebih luas dan mencakup beberapa generasi dari arsitektur aplikasi. 

“Di era digital saat ini, setiap organisasi berada dalam bisnis yang membutuhkan digital experience. Konsumen semakin mengandalkan konektivitas digital di semua aspek kehidupan mereka, dan hal ini telah mendorong aplikasi menjadi lebih penting dalam strategi perusahaan dan dalam perekonomian," ucap Surung Sinamo, Country Manager Indonesia, F5 Menurut Surung, laporan SOAS 2021 secara jelas mencerminkan tren saat ini. "Karena bisnis terus berinvestasi untuk semakin meningkatkan kualitas dari portofolio aplikasi yang dimiliki, penting untuk memastikan bahwa sebuah aplikasi harus dapat beradaptasi, terukur, dan memiliki kemampuan untuk memulihkan diri sendiri dalam berbagai keadaan. Dengan semakin meningkatnya peluang pasca-COVID, pelaku bisnis perlu merancang strategi mengedepankan teknologi seperti edge computing dan data analytics untuk mengoptimalkan aplikasi yang dimiliki sehingga dapat memenuhi keinginan konsumen untuk bisa mendapatkan pengalaman digital kelas dunia,” Surung menyarankan.

SOAS 2021 diikuti oleh lebih dari 1.500 responden di seluruh dunia, dengan sebagian besar responden berasal dari Asia Pasifik, dari berbagai industri, beragam skala organisasi, dan aneka jabatan profesional.

Upaya Modernisasi Aplikasi dan Arsitektur 

Berdasarkan survei, 87% organisasi menjalankan metode arsitektur modern dan tradisional secara bersamaan. Modernisasi dianggap perlu ketika sistem lama sulit beradaptasi dengan kondisi bisnis yang berubah dengan cepat. 

Lebih dari 3/4 responden (77%) melaporkan bahwa mereka saat ini melakukan modernisasi aplikasi internal atau yang berhubungan dengan pelanggan. Modernisasi dilakukan dengan  API sebagai solusi utama karena API mampu menggabungkan fungsi komponen aplikasi tradisional dan modern. 

Selain itu, persentase jumlah organisasi yang mengelola banyak arsitektur aplikasi terus meningkat. Berdasarkan survei F5 diketahui bahwa penawaran as-a-service dan managed service dipandang sebagai pengganti untuk beberapa aplikasi tertentu yang oleh beberapa vendor disediakan rencana alternatif yang cloud-friendly.

Adopsi Edge Meningkat  

Seiring meningkatnya jumlah karyawan dan konsumen yang login dari lokasi yang tersebar, edge computing disebut sebagai cara signifikan untuk mengurangi latensi dan meningkatkan kemampuan merespons secara real-time seperti yang dibutuhkan aplikasi. Oleh karena itu, menurut F5, edge harus berkembang untuk lebih mendukung komponen aplikasi modular, seperti container, yang berada di beberapa lokasi cloud. Selain meningkatkan kecepatan dan efisiensi, penempatan containerized applications di edge juga dapat meningkatkan skalabilitas dan pengalaman pelanggan. 

Hasil survei mencatat bahwa 76% organisasi telah menerapkan atau secara aktif merencanakan penerapan edge. Pendorong utamanya adalah peningkatan kinerja aplikasi serta pengumpulan data untuk kebutuhan analytics.

Percepat Pertumbuhan SaaS dan Cloud Deployment

Persentase aplikasi yang ditaruh di cloud meningkat dan lebih dari 2/3 responden (68%) juga meletakkan setidaknya beberapa aplikasi sekuriti dan teknologi delivery di cloud. Pada saat yang sama, organisasi memposisikan diri mereka untuk mengatasi kompleksitas arsitektur akibat  penambahan SaaS dan solusi edge, pemeliharaan lingkungan on-premises dan multi-cloud, serta modernisasi aplikasi. Keamanan akan terus menjadi hal yang utama. Organisasi dituntut untuk dapat selangkah lebih maju dari para penyerang, umumnya memerlukan kemampuan lebih dari apa yang dimiliki sebuah organisasi. Oleh karena itu mengenai tantangan ini, SaaS untuk solusi keamanan diidentifikas F5 aebagai tren strategis yang teratas menurut para responden.

Pentingnya Telemetri bagi Bisnis

Pemanfaatan telemetri untuk mengubah volume data yang besar menjadi insight bisnis sangat penting dalam aplikasi adaptif (adaptive applications). Meski begitu, 95% responden percaya bahwa mereka kekurangan insight tentang kinerja, keamanan, dan ketersediaan, yang menunjukkan keinginan terhadap solusi yang jelas dan end-to-end, jika dibandingkan metode pemantauan dan analisis mereka saat ini. 

Setiap individu dalam suatu organisasi memiliki pandangan yang sama tentang topik tersebut. Menurut responden, tiga insight utama yang masih dianggap terlewatkan adalah akar masalah pada aplikasi, penyebab penurunan kinerja, dan detail dari potensi serangan. 

Secara paralel, hampir 3/4 responden berniat memanfaatkan AI untuk mengoptimalkan data telemetri dengan lebih baik, dan lebih dari setengahnya berharap AI dapat membantu organisasi bertransisi ke aplikasi yang dapat secara otomatis beradaptasi agar lebih baik dalam mempertahankan diri dan responsif dengan kondisi yang terus berubah.