Find Us On Social Media :

Aplikasi Kesehatan Berpotensi Menghemat Pemerintah Rp1 Triliun

By Rafki Fachrizal, Kamis, 15 April 2021 | 13:45 WIB

Ilustrasi Aplikasi Kesehatan

Aplikasi kesehatan digital terus berkembang di Indonesia selama bertahun-tahun belakangan ini. Dan di tengah COVID-19, penggunaan aplikasi ini meningkat lantaran masyarakat terus mencari informasi kesehatan yang akurat melalui layanan telemedicine.

Namun, berdasarkan laporan bertajuk “Are Indonesia’s digital health apps fit enough to disrupt the market?” yang dirilis perusahaan konsultan manajemen global Kearney, konsumen di Indonesia menyatakan bahwa kualitas aplikasi kesehatan masih harus ditingkatkan.

Mengingat persaingan yang ketat dalam sektor yang terus berkembang ini, para pelaku bisnis akan memiliki kesempatan untuk mengambil posisi terdepan dan menjadi unicorn aplikasi kesehatan berikutnya.

Sebuah studi dalam laporan tersebut menganalisis lebih dari 1.000 konsumen di Indonesia untuk mendapatkan wawasan langsung tentang penyakit dan kebutuhan perawatan kesehatan mereka.

Studi ini berfokus pada faktor utama dalam penggunaan aplikasi kesehatan digital, di mana semua konsumen setuju bahwa kemudahan penggunaan (20,3%), biaya layanan (18,9%), dan kualitas diagnosis kesehatan (18,8%) adalah hal yang paling relevan.

Sekitar 15,4% konsumen menggunakan aplikasi kesehatan untuk terhubung dengan dokter yang terpercaya, 12,4% untuk konsultasi spesialisasi, dan kurang dari 8% menganggap fitur seperti tips kesehatan dan kebugaran, penyimpanan catatan medis, dan pengingat obat-obatan sebagai aspek yang penting.

Penelitian lebih lanjut menyatakan bahwa regulasi dan kesiapan Indonesia untuk perawatan kesehatan digital terbagi dalam enam dimensi, yaitu diagnosis, resep, pemberian obat, teknologi, privasi data, dan komunikasi.

Jika dibedakan dengan pasar lainnya, regulasi dalam sistem perawatan kesehatan digital Indonesia masih dalam tahap awal.

“Aplikasi kesehatan terus bersaing dengan menawarkan promosi harga dan akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan. Namun, memberikan konsumen kemudahan dalam menghubungi dokter tidak menyelesaikan masalah kualitas perawatan. Konsumen menginginkan aplikasi dengan kualitas diagnostik yang baik dan dengan biaya yang terjangkau,” kata Sanath Kumar Subramanyam, Mitra Spesialis dalam Praktik Perawatan Kesehatan di Kearney.

Studi Kearney ini juga membandingkan kinerja antara aplikasi kesehatan terkemuka Alodokter, Halodoc dan aplikasi baru yang semakin berkembang, Good Doctor.

Dengan skala kepuasan pelanggan antara 1 sampai 5, ketiga aplikasi mendapat skor minimal 4 atau lebih dalam hal kemudahan penggunaan aplikasi.

Namun demikian, masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi dalam empat faktor utama seperti biaya layanan, kualitas diagnosis kesehatan, dokter yang dapat dipercaya, dan konsultasi spesialisasi.

Halodoc memimpin dalam hampir semua faktor, kecuali konsultasi spesialisasi yang merupakan fitur unggulan Good Doctor.