Para penjahat maya tak pernah berhenti melancarkan serangan. Inilah lima kasus cybersecurity yang pernah menggemparkan dunia dan ASEAN.
Dunia yang semakin terkoneksi membuat ancaman siber pun makin sering terjadi. Setiap tahun jutaan serangan dilancarkan para penjahat maya yang mengincar data dan uang.
Laporan RiskBased menemukan bahwa 36 juta record telah terekspoa dalam serangan data breach di semester pertama tahun 2020. Sebelumnya, pada tahun 2019, Proofpoint mencatat 88% organisasi di dunia telah mengalami percobaan spear phishing.
Pandemi COVID-19 yang mulai merebak setahun lalu makin memperburuk situasi. Firma hukum Reed Smith menemukan adanya peningkatan tajam online scam sebesar 400% pada bulan Maret 2020. Sementara Google harus memblokir sebanyak 18 juta malware dan e-mail phishing terkait tema COVID-19 setiap harinya.
Lima Kasus Serangan Terbesar
Jauh sebelum ini, para penjahat maya bahkan sudah pernah meraih kesuksesan besar melalui serangan-serangan maya. Setidaknya ada lima serangan siber yang pernah menggemparkan dunia karena skala serangan dan dampaknya.
1.Google China (2009)
Pada paruh kedua tahun 2009, Google China yang diluncurkan tiga tahun sebelumnya mengalami serangkaian serangan siber.
Serangan yang disebut Operation Aurora berhasil mencuri intellectual property dari Google. Serangan ini ternyata tidak hanya menyasar Google, tapi ada 30 perusahaan besar lainnya juga mengalami serangan malware. Dilaporkan bahwa serangan ini merupakan upaya mendapatkan akses ke akun-akun milik para aktivis publik di China.
Dalam sebuah postingan di blog di awal 2010, Google menegaskan bahwa serangan tersebut tidak mencapai tujuannya dan hanya dua akun Gmail yang berhasil diakses. Itupun hanya sebagian saja yang berhasil diakses.
Hasil penelusuran memperlihatkan bahwa serangan tersebut berasal dari dua sekolah di China yang ditengarai bermitra dengan kompetitor Google yang berasal dari negeri tirai bambu itu.
2.Heartbleed (2012-2014)