Find Us On Social Media :

Ryanto M. Tedjomulja, Mengawal Transformasi, Perluas Akses Layanan Kesehatan ke Pelosok Negeri

By Liana Threestayanti, Rabu, 9 Juni 2021 | 19:00 WIB

Ilustrasi dokter, layanan kesehatan

Dengan konsultasi jarak jauh ini, pasien dapat menjadwalkan pertemuan dan berkonsultasi dengan dokter secara daring. Obat-obatan yang diresepkan dokter pun dikirimkan ke rumah pasien. Dan ketika pasien membutuhkan pemeriksaan lab, RS Siloam juga menawarkan kunjungan petugas lab ke rumah pasien. 

Bukan hanya meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien serta para tenaga medis dan staf lain di rumah sakit, konsultasi jarak jauh ini juga membukakan  akses yang lebih luas bagi masyarakat.  "Misalnya nih, ada pasien, misalnya, dari Medan. Mungkin pasien ini ingin berkonsultasi dengan dokter bedah saraf kami yang ada di Jakarta. Dalam situasi sebelum adanya telekonsultasi ini, pasien harus travel nih, menyempatkan diri untuk melakukan konsultasi atau melakukan tindakan di Jakarta. Tapi dengan teleconsultation ini, tiba-tiba akses kita juga jadi terbuka. Jadi pasien yang ada di Medan itu bisa lakukan melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter bedah saraf di Jakarta," papar bapak dari dua anak ini.  

Kalaupun harus ada tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien setelah konsultasi jarak jauh tadi, jaringan rumah sakit Siloam Hospitals Group sudah mencakup 28 kota di seluruh Indonesia. 

"Jadi, ini memang salah satu keunikan Siloam Hospitals, kami punya network yang cukup luas. Antarjaringan ini memang saling terhubung dengan semacam center of excellence, saling support  dalam  mengobati pasien," imbuhnya.

Awalnya, baik pasien maupun para dokter masih diliputi keraguan untuk menggunakan layanan konsultasi jarak jauh ini. Namun seiring berjalannya waktu, banyak pihak menyadari manfaat layanan ini, terutama dalam situasi pandemi seperti saat ini. 

"Pada saat kami pertama lakukan pilot itu hanya ada 5 dokter yang praktek di online itu ya, di awal April 2020. Tapi setelah setahun, sudah ada 1074 dokter spesialis  yang praktek di online. Dari 39 rumah sakit, dokter dari 28 rumah sakit sudah bergabung," jelas Ryanto. 

Teknologi Tak Selalu yang Utama

Teknologi juga berperan dalam aspek layanan kesehatan yang lebih berkualitas. Misalnya, memberikan hasil pemeriksaan dengan lebih cepat melalui surat elektronik (surel/email). 

Adanya pandemi membuat rumah sakit menyelenggarakan tes terkait COVID-19, seperti Antigen dan PCR. Awalnya, ketika hasil tes tersebut keluar, pasien atau keluarganya harus mengambilnya secara langsung di rumah sakit. "Tapi kalau kita bicara tentang COVID-19, speed benar-benar penting ya, untuk orang itu bisa tahu apakah hasilnya positif atau negatif. Waktu beberapa jam saja akan sangat menentukan kecepatan contract tracingnya," jelas Ryanto. 

Dengan alasan ini, RS Siloam pun telah menerapkan pengiriman hasil tes COVID-19 maupun hasil tes kesehatan lainnya dan hasil pemeriksaan radiologi melalui surel. 

Contoh peningkatan layanan lainnya adalah perbaikan waktu tunggu pasien. Pasalnya, menurut pengamatan Ryanto, waktu tunggu biasanya merupakan komplain terbesar pasien.

Namun khususnya dalam hal ini, teknologi bukan porsi terbesar dalam upaya memangkas waktu tunggu. "Pada saat kami analisis mengapa waktu tunggu lama, salah satu yang kami temukan adalah sistem pendaftaran ke dokter yang masih memakai sistem first come first served, ya sistem antrean aja. Jadi sebenarnya, salah satu yang kita lihat adalah problemnya bukan di teknologinya, tapi di sistem gimana kita mengatur antrean itu," tutur pria yang tekah berkecimpung di dunia teknologi selama hampir 20 tahun ini. Walhasil, hal pertama yang dilakukan adalah mengubah kebijakannya, mengubah perilaku orang, dan mengintegrasikan teknologi yang sesuai untuk kebutuhan tersebut.