Penulis: Andrey Kazakov, Chief Operating Officer, Adjust
Dunia mengalami banyak perubahan di tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Data dari Adjust menunjukkan bahwa ada perubahan dalam perilaku konsumen dan transformasi terjadi secara lebih cepat di industri aplikasi seluler.
Masyarakat sering menggunakan perangkat seluler untuk melakukan berbagai hal seperti Facetime dengan keluarga jauh hingga membeli barang kebutuhan sehari-hari lewat platform e-commerce.
Bahkan, industri seluler melampaui target untuk tahun 2020, belanja pengguna dalam aplikasi mencapai $143 miliar.
Game seluler menjadi kategori yang paling sukses. Laporan Pertumbuhan Aplikasi Seluler 2021, yang menggunakan data Adjust untuk mengidentifikasi kategori aplikasi yang mendorong pertumbuhan, menemukan bahwa aplikasi game telah secara resmi menjadi kategori aplikasi dengan tingkat pertumbuhan tercepat.
Pertumbuhan game seluler yang kuat telah meningkatkan investasi dalam industri ini. Perusahaan game raksasa, Zynga, membeli pengembang aplikasi asal Turki, Peak, senilai $1,8 miliar dan Rollic senilai $180 juta.
Rollic baru saja mengakuisisi Uncosoft, studio game hiperkasual asal Turki (ketentuan akuisisi belum diungkapkan). Di sisi lain, Scopely berhasil menggalang pendanaan sebesar $340 juta.
Pengembang game dari berbagai skala sangat diminati — tetapi data kami menunjukkan bahwa industri seluler global masih perlu melakukan banyak upaya agar dapat memimpin pasar. Masih ada banyak ruang untuk berkembang.
Dengan banyaknya hal yang dipertaruhkan, ini menjadi saat yang tepat untuk menggali data.
Seiring dengan perkembangan game seluler, para pengembang semakin perlu mempelajari data aktual dan mengidentifikasi hal-hal yang mendorong — atau tidak mendorong kesuksesan.
Aneka mitos masih beredar, dan dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi berbagai data point paling penting bagi pertumbuhan aplikasi game di tahun 2021.
Lebih banyak tidak selalu lebih baik
Portofolio berisi banyak aplikasi sebelumnya diyakini dapat menjadi faktor penting bagi pertumbuhan. Upaya untuk mempromosikan aplikasi game lain dalam portofolio menjadi cara yang populer dan efektif untuk memperkenalkan aplikasi lainnya.
Akan tetapi, kami memutuskan bahwa sudah saatnya untuk menguji apakah skala portofolio (jumlah aplikasi yang dibuat oleh sebuah developer) berkolerasi dengan skor pertumbuhan yang lebih tinggi.
Kami mengevaluasi data untuk mengidentifikasi apakah pengembang perlu menambah portofolio mereka — atau apakah mereka sebaiknya memfokuskan upaya pada lebih sedikit aplikasi.
Ternyata, tidak ada korelasi langsung antara jumlah aplikasi yang lebih banyak dan pertumbuhan yang lebih tinggi. Akan tetapi, upaya ini tentunya tidak merugikan perusahaan game.
Upaya untuk mengarahkan pemain dari aplikasi favorit mereka ke game berikutnya dapat berlangsung tanpa henti.
Namun, jika aplikasi Anda merupakan aplikasi hiburan, akan ada titik di mana imbal hasil akan menurun.
Walaupun para pemain mungkin senantiasa mencari game baru dan seru, mereka cenderung hanya menggunakan beberapa aplikasi streaming.
Pemanfaatan promosi lintas aplikasi akan menjaga agar skor pertumbuhan tetap konstan terlepas dari jumlah aplikasi yang dimiliki oleh publisher.
Bahkan, perusahaan game yang memiliki lebih dari 100 aplikasi berhasil meraih skor pertumbuhan paling tinggi dalam sampel kami.
Walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan, ini menunjukkan manfaat yang dapat diperoleh apabila promosi lintas aplikasi dimasukkan ke dalam strategi pemasaran, dan — setidaknya bagi aplikasi game — portofolio yang besar memang membantu.
Statistik untuk update aplikasi
Pertanyaan lain yang kami kaji terkait lifetime aplikasi pada umumnya. Kami ingin tahu berapa lama pengembang biasanya memberikan dukungan untuk aplikasi mereka.
Untuk melakukan hal ini, kami mengevaluasi aplikasi yang diluncurkan pada tahun 2018 dan memeriksa kapan aplikasi tersebut terakhir di-update untuk menyelidiki lifetime aplikasi.
Kami menemukan bahwa aplikasi game memiliki lifetime paling singkat — jumlah aplikasi game yang masih aktif dalam waktu 24 bulan setelah peluncuran tergolong paling sedikit.
Hanya 43% aplikasi game tetap aktif setelah dua tahun. Ini masuk akal, mengingat bahwa game hiperkasual cenderung mudah tergantikan.
Tren lain yang juga lazim adalah bahwa aplikasi fintech dan e-commerce paling banyak memiliki jumlah aplikasi yang masih aktif dalam waktu dua tahun.
Aplikasi seperti ini membutuhkan update rutin agar senantiasa dapat memenuhi ekspektasi pengguna.
Akan tetapi, kami menemukan banyak kesamaan antara berbagai jenis aplikasi. Dari segi frekuensi update aplikasi, kami melihat bahwa para pengembang sering melakukan update pada aplikasi mereka di awal dan kemudian semakin jarang melakukan update per bulan seiring dengan berjalannya waktu.
Pada akhirnya, jumlah update rata-rata untuk aplikasi aktif adalah tiga per bulan. Oleh karena itu, jika aplikasi Anda adalah salah satu dari 43% game yang digunakan untuk durasi yang panjang, bersiaplah untuk secara rutin memperbarui aplikasi Anda agar dapat memenuhi ekspektasi pengguna yang terus berkembang.
Kesimpulan untuk tahun 2021 dan setelahnya
Dengan data yang tepat, game seluler dapat — dan, kemungkinan besar, akan terus mendominasi di tahun 2021 dan setelahnya.
Mengingat bahwa durasi penggunaan aplikasi game relatif singkat, para publisher game sebaiknya terus mengembangkan portofolio mereka dan melakukan promosi lintas aplikasi, serta senantiasa siap menawarkan fitur unggulan terbaru dalam industri game seluler.
Baca Juga: Nih! Contoh Penggunaan Artificial Intelligence (AI) pada Video Game
Baca Juga: Google Buka Program Indie Games Accelerator, Ini Link Pendaftarannya