Bagi khalayak awam, kosmetik dan perawatan kecantikan mungkin dianggap berada di kutub yang berbeda dengan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Namun kini peran AI kian signifikan di industri kecantikan.
Dalam lokapasar kecantikan tradisional, produk kosmetik lebih banyak dipromosikan dari sisi formulanya, kandungan bahan-bahan di dalamnya, dan bahkan kemasannya. L’Oreal memiliki persepsi yang berbeda, yaitu memfokuskan pada hal-hal yang lebih personal bagi pelanggan, seperti jenis kulit, rambut, dan warna bola mata pelanggan. Inilah alasan perusahaan kosmetik terbesar di dunia ini untuk memanfaatkan AI, guna menciptakan produk berdasarkan keunikan setiap orang.
“Beauty experience (sifatnya) sangat personal, dan teknologi AI menjadi vital dalam strategi kami,” ungkap Robert Beredo, Chief Digital Officer, L’Oreal Canada seperti dikutip dari nuvomagazine.com.
Bangun Inkubator Teknologi dan Akuisisi
L’Oreal tentu bukan nama asing di kancah bisnis global. Namun mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa perusahaan kosmetik terbesar di dunia ini memiliki komitmen yang kuat terhadap riset, inovasi, dan teknologi.
Sejak tahun 2012, perusahaan yang bermarkas di Clichy, Hauts-de-Seine, di pinggiran baratlaut Paris ini, telah memiliki inkubator teknologi sendiri yang cara kerjanya bak perusahaan startup dengan fokus pada teknologi dan kecantikan. Merupakan kolaborasi L’Oreal dengan para wirausahawan dan institusi akademis, inkubator ini berperan dengan memanfaatkan teknologi untuk melakukan riset dan mengembangkan produk-produk baru.
Setelah mendirikan inkubator perdana di New Jersey, AS, L’Oreal membangun fasilitas lab ini di beberapa kota lainnya, yaitu San Francisco, Paris, dan Tokyo. Lab tambahan ini khusus dioperasikan untuk fokus pada sejumlah kecil produk yang menggabungkan aplikasi dan wearable.
Produk pertama yang dirilis oleh inkubator teknologi L’Oral adalah Makeup Genius. Diluncurkan pada tahun 2015, Makeup Genius merupakan aplikasi mobile yang memanfaatkan teknologi Augmented Reality dan data point seputar karakteristik wajah, misalnya bentuk wajah, warna kulit wajah (skin tone), dan kerutan. Ada pula produk smart hairbrush yang merupakan hasil kerjasama L’Oreal dengan Kérastase Hair Coach.
Pada tahun 2018, L’Oréal mengakuisisi perusahaan teknologi yang berbasis di Toronto, Kanada, yang bernama ModiFace. Sebelumnya ModiFace, dengan mengusung teknologi Augmented Reality, telah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lain di bisnis kecantikan, seperti Estée Lauder, Allergan, and Coty.
AI Tenagai Aplikasi
Apa saja contoh penerapan Artificial Intelligence yang dikembangkan L’Oreal bersama ModiFace?
Pada tahun 2019, L’Oreal meluncurkan skin diagnostic tool berbasis AI yang menjawab “kegelisahan” seputar penuaan kulit. Tool diagnosis ini menggunakan algoritme machine learning yang dikembangkan oleh ModiFace, juga database foto milik L’Oreal, dan keahlian di bidang penuaan kulit untuk menyajikan pengalaman yang lebih personal kepada para pembelanja. Menurut L’Oreal seperti dikutip dari uxconnections.com, tool ini telah dicoba pada 4500 foto selfie dan memperlihatkan skin assessment dengan presisi tinggi.
Contoh penerapan kekuatan AI pada tool ini adalah layanan Vichy SkinConsultAI yang dapat memberikan rekomendasi produk-produk yang biasa dibeli para pembelanja produk kecantikan. Produk-produk yang ditawarkan sifatnya sangat personal karena rekomendasi didasrkan pada analisis kulit konsumen.
Yang perlu dilakukan pelanggan adalah mengunggah foto selfie dirinya ke situs web L’Oreal. Teknologi kemudian akan menganalisis ada atau tidaknya tanda-tanda penuaan pada kulit, misalnya kerutan di bawah mata, berkurangnya kekenyalan kulit, garis-garis pada wajah, cerah tidaknya kulit, bintik hitam, dan pelebaran pada pori-pori. Setelah menganalisis, layanan akan menyajikan rekomendasi produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.
Setahun sebelumnya, L’Oreal dan ModiFace sudah meluncurkan mobile app berbasis AI, StyleMyHair, yang memungkinkan pelanggan mencoba berbagai model potongan rambut, warna, dan gaya. Dengan aplikasi ini, pelanggan memperoleh 3D makeover, dan mencoba berbagai gaya rambut melalui smartphone. Aplikasi ini juga dilengkapi sistem geolocation sehingga pelanggan dapat mencari lokasi salon terdekat.
Saat pelanggan pergi ke salon, ia tinggal memperlihatkan simulasi 3D model potongan rambut yang diinginkannya kepada hair stylist. Kerja hair stylist pun akan jadi lebih mudah. ‘
AI untuk Rekrutmen dan Interaksi Pelanggan
Contoh penerapan AI oleh L’Oreal tidak terbatas pada aplikasi untuk pelanggan atau konsumen. Bermitra dengan Automat Technologies, L’Oreal mengembangkan Facebook Messenger Bot yang ditenagai AI guna menciptakan interaksi dan percakapan yang lebih personal dengan pelanggan.
Peranan AI lainnya adalah dalam proses rekrutmen. Setiap tahunnya, L’Oreal harus memroses jutaan surat lamaran untuk mengisi 15.000 lowongan. Untuk meringankan tugas para staf HR-nya, L’Oreal pun menerapkan AI dalam berbagai cara.
Salah satunya adalah chatbot bernama Mya. Chatbot ini bertugas di tahap awal proses rekrutmen dengan menangani pertanyaan-pertanyaan dari para kandidat dan memeriksa detail yang penting, seperti ketersediaan dan status visa.
Selanjutnya, kandidat akan berhadapan dengan Seedlink, sebuah software AI yang bertugas menilai jawaban para kandidat untuk pertanyaan terbuka yang diajukan perusahaan. Tool ini memungkinkan perusahaan menemukan kandidat yang mungkin terlewat jika staf HR hanya membaca CV. Berkat tool ini, perusahaan dapat menghemat 200 jam dari waktu yang digunakan untuk mendapatkan 80 karyawan magang dari 12.000 kandidat.
Menurut data McKinsey, industri kecantikan global adalah sebuah bisnis yang nilainya mencapai US$532 miliar. Saat dihantam krisis keuangan pada tahun 2008, bisnis kosmetik dunia masih memperlihatkan kenaikan penjualan sebesar 3,2%, menurut laporan McKinsey seperti dikutip oleh Forbes. Namun akankah L’Oreal mampu bertahan di tengah pandemi global seperti saat ini, ketika banyak gerai fisik yang tidak bisa beroperasi?
Menurut Robert Beredo, seperti dikutip dari nuvomagazine.com, COVID-19 justru mengakselerasi adopsi AI. Keterbatasan layanan di gerai fisik mengharuskan L'Oreal mengoptimalkan teknologi digital, dan AI, untuk menjaga interaksi dengan konsumen.