Menjawab tantangan disrupsi digital di sektor finansial dan perbankan, Bank Mandiri jadikan Livin' by Mandiri sebagai aplikasi super dan model bisnis perbankan andalan.
Lampaui Transaksi ATM
Diperkenalkan sejak awal tahun 2021, hingga saat ini, aplikasi Livin' by Mandiri digunakan secara aktif oleh 7,1 juta nasabah. Menurut data Bank Mandiri, transaksi melalui aplikasi ini sudah lebih dari transaksi melalui ATM Bank Mandiri dan ATM Bersama. Pada kuartal II 2021, transaksi di ATM mencapai Rp 210 triliun, sedangkan transaksi melalui Livin' by Mandiri sudah melampaui lebih dari 1,5 kali lipat, yakni mencapai Rp 388 triliun.
Dari sisi jumlah transaksi, total transaksi melalui Livin' by Mandiri menembus 235 juta per kuartal II 2021. Atau melampaui transaksi di ATM Bank Mandiri yang mencapai 206 juta transaksi pada periode yang sama.
Super App Perbankan
Melihat tingginya respons masyarakat terhadap layanan Livin’ by Mandiri, Bank Mandiri pun semakin memperkuat komitmennya untuk melakukan upgrade aplikasi Livin’ sehingga bertransformasi menjadi super app perbankan kuartal terakhir tahun ini.
“Livin’ by Mandiri versi baru akan menjadi super app yang menyediakan semua layanan perbankan dalam satu platform, tanpa harus berpindah antaraplikasi atau platform saat melakukan transaksi atau aktivitas perbankan lainnya. Dengan super app Livin’, nasabah Bank Mandiri akan meraih manfaat yang luar biasa dalam seluruh aktivitas transaksi finansial, gaya hidup digital termasuk," ujar Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan.
Melalui aplikasi Livin’ by Mandiri, Bank Mandiri akan menjadi penyedia layanan jasa keuangan (tabungan, deposito, wealth management, dan obligasi negara), asuransi, reksadana, kartu kredit, kartu kredit tambahan, hingga pinjaman.
Melalui aplikasi ini pula, Bank Mandiri juga mendorong pertumbuhan dengan bisnis model ekosistem kemitraan yang dapat dijalin dengan perusahaan teknologi finansial (fintech), termasuk kolaborasi dengan pelaku-pelaku usaha dari sektor industri lainnya.
Aplikasi super ini juga akan memungkinkan Bank Mandiri menghadirkan kebutuhan layanan bagi para nasabah dari kalangan milenial dan Gen Z mulai dari kebutuhan gaya hidup, seperti marketplace, travel, pembelian tiket, pemesanan hotel, e-commerce, pembelian pulsa/paket data, top-up e-money/e-wallet, hingga pembayaran tagihan (listrik, telepon, air, dan lain-lain), serta pembiayaan pendidikan, asuransi dan bahkan untuk layanan publik (BPJS dan pajak).
Livin’ by Mandiri versi baru juga akan menjadi super app yang bisa terintegrasi dengan transaksi wholesale dan mendorong penerapan open banking API (Mandiri API) yang lebih luas dengan mitra-mitra Bank Mandiri. Dengan strategi ini, Bank Mandiri berharap bisa mendorong pertumbuhan ekosistem digitalnya sekaligus mengakselerasi peralihan nasabah dari kantor cabang atau gerai fisik lain ke layanan digital berbasis aplikasi.
“Dengan semakin banyaknya transaksi perbankan dilakukan secara digital, fee base income akan menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi Bank Mandiri. Dengan kata lain, super app Livin’ terbaru menjadi salah satu model bisnis perbankan andalan Bank Mandiri untuk menjawab disrupsi digital di sektor finansial dan perbankan,” ujar Direktur Information Technology Bank Mandiri,Timothy Utama.
Tiga Strategi Pengembangan Digital
Pandemi telah mengakselerasi transformasi digital, termasuk di sektor keuangan dan perbankan. Bahkan menurut data dari studi Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital melesat 11%. Hal ini menandakan, kebutuhan layanan digital masyarakat semakin masif di tengah pandemi.
Bank Mandiri meyakini bahwa akselerasi pertumbuhan ekonomi digital akan terus berlanjut ketika pandemi berakhir. Ditambah lagi adanya data terbaru BPS yang menyebutkan, gabungan kaum milenial dan Gen Z yang merupakan pemicu pertumbuhan gaya hidup digital saat ini sudah mencapai hampir 54% jumlah penduduk Indonesia.
“Bank Mandiri memahami bahwa jumlah nasabah atau calon nasabah dari kaum milenial dan Gen Z akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang. Kebutuhan layanan perbankan pun akan semakin bergeser yakni tidak hanya untuk menabung, mengambil kredit konsumen, atau melakukan berbagai transaksi keuangan tapi juga untuk berbagai kebutuhan gaya hidup. Termasuk kebutuhan investasi mulai dari reksadana, obligasi, saham dan lain-lain. Untuk itu, kami telah menyiapkan roadmap strategi digital untuk menghadirkan layanan digital banking yang bisa dapat melayani seluruh kebutuhan nasabah tersebut,” ujar Timothy Utama.
Mewujudkan roadmap tersebut, Bank Mandiri sudah menganggarkan capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun untuk alokasi pengembangan digital banking, capabilities, dan infrastruktur.
Di samping itu, Bank Mandiri mencakupkan tiga poin utama dalam strategi utama pengembangan digital.
Pertama, Bank Mandiri memastikan kesiapan layanan digitalnya menjadi unggulan dengan melihat aspek core banking dan sistem yang ada. Dengan infrastruktur sangat memadai, layanan digital Bank Mandiri akan memiliki performa yang tinggi untuk melayani para nasabah dan mitra.
Kedua, Bank Mandiri mentransformasi pengembangan produk/layanan perbankan yang awalnya dibuat secara tradisional menjadi produk yang sepenuhnya digital native. Dengan demikian, nasabah bisa mengakses layanan digital Bank Mandiri dari mobile apps yang lebih nyaman dan aman.
Ketiga, semua channels layanan perbankan di Bank Mandiri harus diperbaharui sesuai kebutuhan nasabah (konsumen sentris). Hal ini membuat layanan digital Bank Mandiri bisa setara atau lebih baik dari layanan-layanan dari perusahaan teknologi atau fintech, dengan keamanan dan perlindungan data nasabah yang jauh lebih baik.