Find Us On Social Media :

Contoh Penerapan Artificial Intelligence di Industri Alas Kaki

By Liana Threestayanti, Jumat, 3 September 2021 | 20:45 WIB

Ilustrasi footwear, alas kaki.

Peran dan manfaat teknologi Artificial Intelligence (AI) kini mulai dirasakan oleh sektor-sektor industri nonteknis, misalnya industri fashion yang salah satu cabangnya adalah industri footwear

Peran AI di industri alas kaki diperkirakan akan meningkat pesat di masa depan. Pasalnya, industri footwear termasuk salah satu sektor yang sudah tersentuh oleh IoT dan wearables sehingga akan ada banyak data terkumpul dari penerapan dua teknologi tersebut. Bahkan industri ini diprediksi akan menjadi enabler utama untuk penerapan AI di industri fashion. 

Marketsandmarkets telah memprediksi pertumbuhan AI di pasar fashion, dari US$228 juta di tahun 2019 menjadi US$1.260 juga pada 2024, dengan CAGR 40,8% sepanjang periode tersebut.

Laporan ini juga memprediksi Asia Pasifik akan menjadi kawasan dengan CAGR tertinggi, yang didorong antara lain oleh adopsi medsos dan ekspansi perusahaan lokal, serta inisiatif pemerintah terkait teknologi AI. Sementara Amerika Utara akan menjadi pasar terbesar AI di industri fashion hingga di 2024 nanti.

Laporan dari marketsandmarkes ini juga mengungkapkan faktor-faktor kunci bagi pertumbuhan AI di pasar fashion, di antaranya permintaan pelanggan untuk memperoleh pengalaman yang lebih personal. Kebutuhan inventory management dan berkembangnya pengaruh media sosial di industri fashion juga akan berkontribusi terhadap pertumbuhan AI dan fashion dalam tiga tahun ke depan.. 

Bagaimana contoh penerapan Artificial Intelligence di industri footwear?

Baca juga: Apa itu Artificial Intelligence? Mari Belajar dari Petunjuk Toilet ini

Baca juga: Apa Itu Artificial Intelligence, Machine Learning, dan Deep Learning?

Mendesain Sesuai Kaki Pengguna

Sneaker harus dirancang semenarik mungkin karena perhatian konsumen dan penjualan akan sangat bergantung pada tampilan produk saat dikenakan oleh konsumen. Dan yang lebih penting lagi adalah pas atau tidaknya sepatu di kaki konsumen. 

Dilatarbelakangi fakta tersebut, Nike meluncurkan Nike Fit, sebuah tool pengukuran sepatu secara digital. Nike Fit dapat merekomendasikan ukuran yang cocok untuk tiap model sepatu yang diinginkan konsumen. 

Tool ini bekerja dengan menggabungkan kekuatan computer vision, machine learning, data science, dan algoritme rekomendasi. Pengguna dipersilakan memindai kakinya menggunakan kamera smartphone. Dalam hitungan detik, Nike Fit akan mengumpulkan 13 data point untuk memetakan morfologi kedua kaki pelanggan. Data tersebut kemudian disimpan di profil pelanggan yang  terlebih dulu harus menjadi anggota NikePlus. Data ini akan digunakan saat pelanggan berbelanja sepatu.

Dalam upayanya menerapkan AI, Nike juga mengakuisisi perusahaan yang mengembangkan  predictive AI dan cloud analytics, Celect. Nike akan memanfaatkan teknologi Celect di aplikasi dan situs web SNKRS yang akan membantu perusahaan meningkatkan strategi penjualan langsung ke konsumen. 

Nike mengklaim penjualan langsung yang berdasarkan teknologi AI dan analytics telah meningkatkan pangsa pasarnya sebanyak 12%, atau 30% dari pendapatan total. 

Baca juga: Lima Contoh Penerapan Artificial Intelligence di Industri Musik

Cetak 3D untuk Sepatu

Menggandeng AutoDesk, Under Armour, produsen footwear dan sportswear asal AS, memanfaatkan AI dan 3D printing untuk membuat sneaker yang dicetak (print) dan tanpa jahitan. Sneaker ini didesain agar ringan, tahan lama, dan nyaman di kaki pengguna dengan midsole yang ditopang oleh struktur mirip kisi kristal (lattice). 

Setelah Under Armour menyelesaikan konsep desain, AutoDesk pun mengambil peran. Sistem machine learning dan AI milik AutoDesk, yang biasanya digunakan untuk menguji desain baru, mengkalkulasi berbagai aspek dari desain sneaker tersebut, mulai dari daya tahan sampai tampilan akhir produk. Begitu program AutoDesk memberikan lampu hijau, desain pun dikirimkan ke proses cetak tiga dimensi (3D printing). 

Memeriksa Orisinalitas

Dengan membanjirnya produk-produk bajakan ke pasar, para pemilik merek sepatu terkemuka, seperti Adidas, Nike, Puma, dan lain-lain pun mencari cara untuk mengatasi masalah ini.

Penyedia teknologi untuk memeriksa autentikasi sebuah produk, Entrupy, menerapkan AI untuk mengidentifikasi keaslian produk. Solusi bernama Legit Check Tech (LCT) terdiri dari aplikasi dan hardware. 

Untuk memeriksa keaslian barang, letakkan sepatu yang akan dicek orisinalitasnya ke dalam perangkat LCT. Kemudian LCT yang dilengkapi delapan kamera akan memotret produk (sneaker) dari berbagai sudut. 

Lalu, oleh aplikasi yang ada di smartphone pengguna,  foto-foto itu diunggah secara otomatis setelah dipasangkan dengan gambar produk aslinya. AI membantu menganalisis foto dengan mendeteksi nomor tag pada sepatu dan mencocokannya dengan nomor yang ada di database produsen sepatu. 

Baca juga: Contoh Implementasi Teknologi AI di Platform Streaming Film Netflix

AI Sebagai Pelatih

Dengan AI, sepatu pun bisa menjadi “pelatih” lari berkat teknologi berbasis AI yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan bernama Runvi. Membekal kemampuan AI, sepatu-sepatu tersebut dilengkapi 30 pressure point pada dua sol-nya dan sebuah akselerator yang bertugas mengumpulkan data tentang cara berlari si pengguna. 

Sepatu ini juga memiliki “otak” yang dinamai Core dan yang menenagai sensor dan menyimpan data sebelum mengirimkannya ke smartphone pengguna. Setelah data terkumpul, aplikasi akan “melatih” pengguna sepatu berlari dengan benar. Ia akan menampilkan data-data usai pengguna berlatih lari. Aplikasi juga akan memberikan tips sebelum pengguna mulai berlatih lari.Tips diformulasikan berdasarkan hasil analisis data-data tentang gaya berlari si pengguna. 

Contoh penerapan AI lainnya datang dari startup Boltt, pengembang sepatu bermerek ‘B’. Boltt menggunakan AI untuk menyajikan dynamic audio feedback terpersonalisasi berdasarkan data real time kinerja dan latihan yang dilakukan pengguna. Proses ini ditunjang oleh kecerdasan sepatu Boltt yang berupa rule, algoritme, dan machine learning yang sangat kompleks. Dengan mencatat aktivitas harian, termasuk deteksi otomatis sleep/rest sepanjang hari, sepatu cerdas ini membantu penggunanya tetap di jalur yang tepat untuk mewujudkan target kebugarannya. 

Ada pula perusahaan yang mengembangkan sepatu dengan SmartSoles yang mampu melacak keberadaan penderita Alzheimer atau penyakit demensia lainnya, penderita autisme, dan orang yang mengalami luka traumatis pada otak yang cenderung mengalami disorientasi saat bepergian sendirian. Sepatu yang memiliki sistem GPS ini juga dapat dipakai oleh orang yang berpotensi mengalami penculikan, seperti wartawan, staf di pemerintahan, dan para eksekutif perusahaan.