Startup Ula mengungkapkan telah berhasil mengumpulkan pendanaan seri B senilai US$87 juta (sekitar Rp1,24 triliun).
Pendanaan tersebut dipimpin oleh Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital. Selain itu, juga didukung Bezos Expeditions, Northstar Group, AC Ventures, dan Citius.
Para investor yang telah mendanai Ula pada seri sebelumnya seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona Capital, dan Alter Global, juga turut berpartisipasi kembali pada pendanaan seri B kali ini.
Ula juga turut mengajak Pandu Sjahrir, yang merupakan seorang investor berpengalaman serta pengusaha, sebagai penasehat perusahaan.
Pendanaan Seri B Ula, yang diumumkan hanya delapan bulan setelah pendanaan Seri A di bulan Januari, akan digunakan untuk beberapa hal utama.
Di antaranya investasi pada pertumbuhan kehadiran Ula di seluruh Indonesia, penambahan kategori baru, pengembangan layanan Beli-Sekarang-Bayar-Nanti (Buy-Now-Pay-Later, BNPL), serta pembangunan teknologi baru, infrastruktur logistik, dan rantai pasokan lokal.
Dengan bertambahnya warung yang terdaftar, Ula sekarang dapat menggunakan data transaksi warung serta pengetahuan tentang pasar ritel untuk memberikan pilihan layanan pay later, yang diprediksi memiliki total nilai pasar sebesar US$150 miliar di Indonesia.
Adanya keterbatasan akses pemilik warung terhadap layanan perbankan tradisional dan ketergantungan mereka dengan pemasukan harian, membuat pilihan pembayaran pay later kepada supplier memiliki manfaat yang luar biasa bagi mereka.
Pendanaan Seri B Ula ini adalah kali ke-dua Ula meraih pendanaan di tahun ini. Hal ini memperkuat komitmen Ula untuk mendukung para pemilik warung tradisional yang kurang terlayani dengan baik, khususnya mereka yang berada di kota Tier 2 hingga Tier 4 di mana akses terhadap sumber daya dan infrastruktur logistik masih menjadi tantangan utama.
Selama masa pandemi yang sulit ini, banyak pemilik warung yang telah secara sukses menggunakan teknologi dan solusi dari Ula untuk tetap dapat menjalankan usahanya serta menjamin keselamatan orang-orang yang terlibat dalam usaha tersebut.
“Misi utama kami untuk mendukung warung tradisional sangat relevan khususnya di masa pandemi seperti ini. Kami secara optimal berusaha memperkuat kehadiran Ula, memperbanyak pilihan produk, serta meningkatkan kualitas layanan di daerah pedesaan dan kawasan yang memiliki akses terbatas, dengan tujuan untuk membantu para pemilik warung mempercepat proses pemulihan usahanya akibat COVID-19,” kata Derry Sakti, Co-Founder dan Chief Commercial Officer Ula.
“Dengan Ula, mereka tidak perlu lagi khawatir tentang pembelian barang, ketersediaan produk, atau bahkan pembayaran, yang tentunya akan memberikan mereka waktu lebih banyak untuk fokus kepada hal lain yang lebih penting. Melihat secara langsung dampak yang telah Ula berikan pada kehidupan pelanggan tentunya menggerakkan tim kami untuk terus maju,” tambah Derry.
Adrian Li, Founder, Managing Partner AC Ventures, menyatakan bahwa, “Misi Ula untuk memberdayakan 63 juta UMKM di Indonesia dengan teknologi digital merupakan salah satu peluang terbesar di Asia Tenggara.”