Find Us On Social Media :

Perusahaan RI Terdepan dalam Strategi Sustainability, Ini Kendalanya

By Liana Threestayanti, Kamis, 28 Oktober 2021 | 12:40 WIB

Ilustrasi sustainability, keberlanjutan, eco-friendly, ramah lingkungan.

Survei International Business Report (IBR) yang dikeluarkan oleh Grant Thornton menunjukkan 68 persen pelaku bisnis skala menengah sudah mulai mengembangkan strategi sustainability untuk diterapkan dalam bisnisnya.

Laporan IBR mengungkapkan, enam dari 10 (62 persen) dari perusahaan berskala menengah kini percaya bahwa sustainability atau keberlanjutan, sama, atau bahkan lebih penting, daripada kesuksesan secara finansial.

Laporan ini menemukan fakta bahwa sebagian perusahaan berskala menengah ini memandang aspek lingkungan, sosial, dan peran pemerintah sebagai keunggulan kompetitif. 

Sementara sekitar 42 persen pelaku bisnis mengutarakan pentingnya sustainability atau keberlanjutan karena strategi ini mereka anggap dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya, sehingga manfaatnya dirasakan oleh bisnis.  

Di Indonesia, 79 persen pelaku bisnis skala menengah di tanah air percaya bahwa sustainability sama pentingnya dengan kesuksesan  secara finansial. Bahkan 63 persen dari responden berpendapat bahwa sustainability semakin penting sejak pandemi.

Sebanyak 51 persen pelaku bisnis skala menengah di Indonesia juga berpendapat bahwa dengan menerapkan prinsip-prinsip sustainability dalam aktivitas perusahaan, mereka dapat meningkatkan efisiensi operasional dan menurunkan biaya

Sedangkan 47 persen responden mengatakan, sustainability dapat meningkatkan akses permodalan dan investasi bisnis mereka. Yang menarik, 68 persen dari pelaku bisnis Indonesia, tertinggi di dunia, telah mulai mengembangkan strategi sustainability untuk diterapkan ke dalam bisnisnya.

Walaupun para pelaku bisnis sudah mulai menerapkan prinsip sustainability, tantangan utama bagi banyak pelaku bisnis ini adalah pemahaman prioritas agar dapat secara maksimal berpindah ke praktik bisnis yang lebih berkelanjutan, terutama ketika sumber daya yang terbatas menipis karena pandemi.

Isu lain yang dikemukakan responden berkaitan dengan penerapan prinsip sustainability dalam bisnis adalah kebijakan yang baru yang kurang jelas menurut 46 persen responden. Hal ini menjadi hambatan bagi mereka dalam menerapkan prinsip sustainability.

“Bisnis pasar menengah gesit, mudah beradaptasi, dan banyak yang ingin tetap terdepan, sehingga (strategi) keberlanjutan masuk akal bagi mereka,” komentar Trent Gazzaway, Global Services Lines and Capability, Grant Thornton International Ltd.

“Namun untuk melaporkan aspek-aspek tertentu dari keberlanjutan seperti pengurangan karbon, keragaman dan inklusi, model bisnis mereka dan kepatuhan terhadap persyaratan peraturan, banyak yang merasa sulit untuk memahami apa yang harus diprioritaskan,” ia menambahkan.

Menurut hasil survei IBR, tiga kendala teratas untuk menerapkan keberlanjutan dalam bisnis usaha menengah di Indonesia dalah:

  1. Kurang jelasnya kebijakan/peraturan baru (46%)
  2. Perusahaan sibuk menangani masalah terkait pandemi (40%)
  3. Keengganan pimpinan perusahaan untuk menerapkan keberlanjutan (34%)

Grant Thornton memberikan masukan, saran dari pakar akan sangat membantu ketika pelaku bisnis akan mengeksplorasi berbagai kerangka pelaporan untuk menerapkan prinsip keberlanjutan ini. Dalam menuju prinsip berkelanjutan ini, para pelaku bisnis pasar menengah sudah memiliki kemampuan alami untuk beradaptasi. Oleh karena itu, ada baiknya pemerintah, regulator, dan pembuat standar mempunyai peran yang jelas untuk memberikan dukungan dan menetapkan aturan yang jelas dalam hal pembuatan laporan tentang sustainability atau keberlanjutan.

Perjalanan menuju masa depan bisnis yang menerapkan prinsip berkelanjutan bukan hanya tentang pelaporan semata. Meskipun pelaporan penting bagi proses menuju sustainability, tapi penting juga bagi para pelaku bisnis untuk menciptakan visi, tujuan, dan rencana jangka panjang yang akan membantu mereka dalam melalui transisi ini.

“Kesediaan untuk mengambil pendekatan jangka panjang, bahkan dalam menghadapi kesulitan jangka pendek, adalah pilar utama keberlanjutan, dan itu akan membantu perjalanan bisnis dengan baik di masa depan,” tutup Trent Gazzaway.