Find Us On Social Media :

Poly: Tiga Tren Ini Akan Dorong Sistem Kerja Hybrid Working di 2022

By Liana Threestayanti, Jumat, 26 November 2021 | 18:30 WIB

Ilustrasi hybrid working

Seiring pulihnya dunia dari kondisi pandemi, semakin banyak perusahaan mengadopsi hybrid working sebagai sistem kerja utama. Ada tiga tren utama yang akan membentuk dunia kerja di tahun 2022 dan seterusnya.

Adopsi hybrid working yang kian luas pada gilirannya memicu gaya kerja dan kebutuhan baru di lingkungan kerja. Dan hal ini berdampak pada pendekatan yang digunakan perusahaan dalam mendesain tempat kerja dan investasi jangka panjang.

Menurut EY Work Reimagined Employer Survey 2021, 84 persen perusahaan di kawasan Asia Pasifik berencana menerapkan perubahan hybrid work, dari moderat menjadi intensif, serta secara aktif mempromosikan hybrid work untuk menarik dan mempertahankan karyawan. 

Survei yang sama juga mengungkapkan, karyawan menginginkan fleksibilitas kerja di mana saja dan kapan saja. Banyak dari responden berpendapat bahwa hybrid work akan membantu meningkatkan produktivitas dan kreativitas mereka.

Pierre-Jean Châlon, Senior Vice President, APAC, Poly mengatakan bahwa remote dan hybrid work telah mengubah gambaran tentang tempat kerja yang berujung pada perubahan gaya kerja dan pengalaman bekerja yang tidak seragam. 

“Untuk meraih keberhasilan di era hybrid, para pemimpin perusahaan harus menyusun strategi dan investasi tempat kerja yang memungkinkan para para karyawannya untuk memiliki pengalaman bekerja yang setara dari manapun mereka bekerja, agar kolaborasi dan produktivitas tetap optimal,” jelas Pierre-Jean Châlon.

Sementara Samir Sayed, Managing Director for ASIAN and Korea, Poly melihat bahkan di Asia Tenggara, hybrid work kini menjadi sistem kerja yang diminati, selain sistem kerja di mana saja dan bekerja remote secara full-time. 

“Hal ini menyebabkan munculnya berbagai pertimbangan dan tantangan yang terhitung baru bagi para pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya pemahaman yang baik tentang persona tempat kerja adalah sangat penting untuk membantu para pemimpin perusahaan mengambil keputusan yang tepat saat mereka memetakan berbagai strategi hybrid work, serta berinvestasi dalam teknologi dan tempat kerja, untuk memastikan agar mereka dapat mengikuti gaya kerja yang dinamis dari tenaga kerja yang semakin tersebar,” Samir memberikan saran. 

Selanjutnya, Samir Sayed memaparkan tiga tren utama yang membentuk sistem kerja hybrid working yang akan mulai marak di tahun 2022 dan seterusnya.

#1: Produktivitas kerja di mana saja    

Dengan menerapkan hybrid working secara default, para pemimpin perusahaan menghadirkan pengalaman kerja yang setara bagi para karyawan yang bekerja di kantor maupun yang di luar kantor, terutama saat rapat dan diskusi grup. 

Survey Employee Experience 2021 terbaru dari Willis Tower Watson mengungkapkan bahwa 90 persen perusahaan di Asia Pasifik telah memprioritaskan peningkatan pengalaman bekerja bagi para karyawannya untuk tiga tahun ke depan.

Infrastruktur yang kolaboratif ini juga akan mendukung adopsi praktik kerja asynchronous. Akibat pendemi, perusahaan-perusahaan juga mengubah praktik perekrutan dan membuka diri terhadap talent pool yang lebih global dan beragam. 

Sementara Industri mengubah cara bekerja, melalui praktik dan proses kerja yang terdesentralisasi sehingga memungkinkan keberlanjutan bisnis yang lebih efektif bagi para tenaga kerja yang mayoritas bekerja dari rumah.

#2: Pemanfaatan AI dan Data Analytics di tempat kerja

Menurut survei Juniper Networks, 95 persen responden mengatakan bahwa kegiatan operasional, produk, dan jasa perusahaannya banyak diuntungkan melalui penerapan teknologi AI. 

Selain untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan operasional yang lebih efisien, para pemimpin perusahaan di berbagai kawasan pun akan mulai mengadopsi AI dan data analytics untuk mendukung dan meningkatkan produktivitas dan juga keamanan para pekerjanya.

Sementara dengan data dan insight, perusahaan dapat memperoleh pemahaman yang lebih objektif mengenai produktivitas pekerja, baik di kantor maupun saat mereka bekerja secara remote. 

Hal ini akan membantu perusahaan dalam memutuskan investasi terhadap jenis teknologi yang tepat untuk membantu para karyawan yang bekerja secara hybrid bisa berkolaborasi dengan lebih baik. Manager kantor juga bisa memanfaatkan insight seperti data okupansi untuk menentukan layout kerja yang lebih efektif, meminimalisir ruang yang terbuang percuma dan mengatur jarak aman yang sesuai.

#3: Mengubah ruang kantor untuk akomodasi hybrid work

Banyak perusahaan mulai berinvestasi untuk ruang kerja yang lebih fleksibel dan hemat biaya karena para karyawan bekerja remote separuh waktu atau sepenuhnya. Hal ini akan mempopulerkan pendekatan ruang kantor on-demand di mana perusahaan dapat menambah ruang kerja sesuai kebutuhan. 

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan dengan kapasitas ruangan yang berlebih dapat mempertimbangkan untuk menyewakan sebagian ruangan yang ada sesuai kebutuhan; model ‘core and flex’ ini memungkinkan terjadinya kombinasi antara keamanan jangka panjang untuk operasional perusahaan yang sangat penting sekaligus pertumbuhan yang fleksibel. 

Perusahaan juga dapat mulai mengatur penempatan tenaga kerja dan menetapkan siapa yang paling cocok bekerja di kawasan CBD (central business district), dan siapa yang bekerja secara remote atau ditempatkan di kantor cabang di daerah.

Kantor akan menjadi pusat kolaborasi, tempat para karyawan berkumpul dan melakukan brainstorming dalam kelompok-kelompok kecil, mengadakan meeting dengan klien, merayakan sebuah pencapaian, dan mengerjakan proyek bersama. Selain itu kantor juga bisa menjadi tempat bersosialisasi dengan komunitas sehingga menghasilkan sebuah budaya kerja yang tidak bisa digantikan oleh sistem kerja remote.