Kabupaten Wonogiri tidak hanya sebatas perbukitan batu karst dan Waduk Gajah Mungkur belaka. Bila Anda berkendara sejauh 30 km dari pusat kota, Anda akan menemukan sebuah desa yang melestarikan kebudayaan nusantara.
Desa tersebut bernama Desa Kepuhsari atau akrab dikenal dengan nama Kampung Wayang Kepuhsari. Di sini, Anda akan menemukan banyak pengrajin wayang yang sudah turun-temurun menggeluti bidang ini.
Retno, Koordinator Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kepuhsari menyatakan, aktivitas ini sudah berjalan selama beberapa abad. "Pengrajin wayang yang ada di desa ini sudah ada sejak abad Ke-17. Otomatis sudah hampir tiga abad lamanya desa ini konsisten menjaga warisan budaya Indonesia," ujarnya saat ditemui di salah satu sanggar wayang.
Retno menambahkan, semua ini bermula kala Ki Kondobuono, seorang dalang terkanal di tanah Jawa yang datang ke Desa Kepuhsari. Ki Kondobuono kemudian memiliki delapan cicit yang tiga diantaranya memutuskan menetap secara permanen.
Sehingga, mulai dari saat itu, secara turun-temurun keturunan Ki Kondobuono selalu membagikan ilmu-ilmu yang dimiliki guna menjaga kelestarian kesenian ini. "Bila dilihat dari catatan silsilah keluarga, saat ini Kampung Wayang Kepuhsari telah dihuni oleh generasi Ke-19. Baik itu pengrajin wayang maupun dalangnya," sambungnya.
Menjadi Desa Wisata
Kampung Wayang Kepuhsari baru meresmikan diri menjadi desa wisata pada tahun 2014. Retno mengaku butuh waktu hingga empat tahun lamanya untuk menyamakan visi dengan masyarakat setempat terkait perubahan status desa.
Ia ingat betul saat itu dibutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit untuk membuka Desa Kepuhsari kepada khalayak luas. Mulai dari pengorbanan waktu, fisik, biaya, hingga hal-hal yang ternyata diluar dugaan.
“Saya dan teman-teman yang tergabung ke dalam Pokdarwis Desa Kepuhsari mulai membuka pembicaraan terkait desa wisata sejak tahun 2010. Namun, kendala di sana-sini memang tak bisa kita hindari. Sehingga, kami baru meresmikan desa ini menjadi desa wisata pada 29 November 2014,” kenangnya.
Lebih Banyak Turis Asing
Kampung Wayang Kepuhsari menyediakan beragam paket wisata yang dapat dinikmati para pelancong. Retno bercerita paket wisata yang paling banyak dinikmati adalah paket untuk membuat wayang kulit secara mandiri.
Hal ini disebabkan karena proses pembuatan wayang kulit di Kampung Wayang Kepuhsari menggunakan teknik khusus bernama seni tatah sungging. Tatah berarti berarti menatah atau memahat pola yang telah dibuat dan sungging berarti mewarnai pola tatahan tersebut sesuai karakter yang ditokohkan.
Mirisnya, menurut Retno, wisatawan yang ingin mempelajari wayang kulit tatah sungging merupakan turis asing. “Mayoritas turis yang berkunjung dan ingin belajar di sini memang berasal dari mancanegara. Sementara, turis lokal itu biasanya didominasi para pelajar yang memang memiliki mata pelajaran budaya di sekolahnya, terutama sekolah internasional,” ungkapnya.
Kampung Wayang Kepuhsari
Bertahan di Tengah Pandemi
Kampung Wayang Kepuhsari tercatat telah menutup segala aktivitasnya sejak Covid-19 melanda Tanah Air untuk pertama kalinya. Meski tidak ada pemasukan, tetapi masyarakat di desa ini dapat bertahan dengan baik hingga kini.
Retno mengatakan masyarakat di Desa Kepuhsari sejatinya memang berprofesi sebagai pengrajin wayang sejak dahulu. Sehingga, bila tidak ada wisatawan yang datang, mereka tetap dapat menjual produknya. Karena dari dahulu memang masyarakat di sini sudah bertahan hidup melalui jasa pembuatan wayang kulit dan pembuatan karya seni lainnya.
Sementara itu ditemui di tempat terpisah, Bupati Kabupaten Wonogiri, Joko Sutopo, berharap pandemi Covid-19 bisa cepat terkendali. Ia merasa sudah terlalu lama objek wisata di Kabupaten Wonogiri tak beroperasi.
Meski begitu, saat ini dirinya tengah berfokus untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan-pelatihan dan peningkatan kompetensi, khususnya di sektor pariwisata. Sehingga, ketika objek wisata sudah mulai dibuka nanti, sektor pariwisata dapat mempersembahkan yang terbaik.
Terlebih, saat ini Kabupaten Wonogiri tengah berfokus menyukseskan Gerakan Menuju 100 Smart City. Dimana Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri akan memanfaatkan sebaik mungkin peluang turis yang akan datang dari adanya destinasi wisata prioritas Borobudur.
(Penulis: Dzaky Nurcahyo)
Baca Juga: Harta Karun di Desa Budaya Dokan yang Perlu Diasah Agar Mendunia
Baca Juga: Kota Baubau: Wisata Budaya dan Sejarah di Benteng Keraton Wolio