Menjelang 2022, sejumlah ancaman siber mulai mengintai. Penyedia solusi keamanan siber, Fortinet® memperkirakan ancaman siber di tahun 2022 kian beragam, mulai dari dompet digital hingga satelit.
Seiring kemajuan teknologi, para penjahat siber pun terus mengembangkan metode serangan untuk membidik area-area baru dan menjangkau seluruh permukaan serangan, terutama dengan berlanjutnya sistem kerja dari mana saja. Para penjahat berupaya untuk memaksimalkan kesempatan dari edge jaringan 5G, ke inti jaringan, rumahan, dan bahkan internet satelit di luar angkasa.
FortiGuard Labs memprediksi bahwa penjahat siber akan menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga pada kemampuan pengintaian dan menemukan zero-day untuk memanfaatkan teknologi baru dan memastikan serangan yang lebih sukses. Selain itu, FortiGuard Labs juga melihat kemampuan para penjahat siber untuk melancarkan serangan baru dengan tepat sasaran akibat berkembangnya pasar Crime-as-a-Service.
Inilah sejumlah tren keamanan siber di tahun 2022 berdasarkan hasil pengamatan dan analisis FortiGuard Labs:
1. Ransomware semakin destruktif
Crimeware terus meluas dengan ransomware sebagai fokus ke depannya. Di 2022, penjahat ransomware diprediksi akan menggabungkan ransomware dengan distributed denial-of-service (DDoS) dengan tujuan menyibukkan tim IT sehingga mereka tidak bisa memperbaiki kerusakan akibat serangan.
Para penjahat ransomware juga disebutkan akan menggunakan “bom waktu” wiper malware. Jenis malware ini akan menghancurkan data, sistem, dan hardware sehingga perusahaan akan terdesak untuk segera membayar uang tebusan.
2. Penjahat siber gunakan AI untuk sempurnakan Deep Fakes
Tak mau kalah dari calon korbannya, penjahat siber juga memanfaatkan AI untuk menggagalkan algoritme rumit yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas yang tidak normal. AI akan dimanfaatkan untuk menyempurnakan deep fakes sehingga deep fakes semakin berbahaya karena memanfaatkan AI untuk meniru kegiatan manusia dan bisa digunakan untuk meningkatkan serangan rekayasa sosial.
3. Serangan terhadap sistem yang tidak terlalu penting dalam supply chain
Linux, yang mengoperasikan banyak sistem di backend, kini menjadi target utama komunitas penjahar siber. Baru-baru ini, biner berbahaya terdeteksi sedang menargetkan Microsoft’s WSL (Windows Subsystem for Linux), yang merupakan lapisan kompatibel untuk menjalankan executables pada on Windows 10, Windows 11, dan Windows Server 2019. Selain itu, malware botnet sudah diprogram untuk platform Linux. Insiden ini akan semakin memperluas permukaan serangan hingga ke inti jaringan dan meningkatkan ancaman.
Semua Menjadi Target Penjahat Siber