Find Us On Social Media :

Kota Malang: Tempe Sanan, Enak Tenan

By Administrator, Sabtu, 8 Januari 2022 | 19:30 WIB

Kampung Sanan, sebuah kampung yang terletak di Kota Malang yang menghasilkan oleh-oleh khas yakni tempe.

Jika Anda berkunjung ke Kota Malang tentu tidak asing dengan buah tangan khas Kota Bunga ini.

Berbagai olahan khas yang berasal dari buah, kacang kedelai, coklat, hingga ubi dapat ditemui dengan mudah di kota ini.

Salah satu yang paling terkenal adalah oleh-oleh tempe yang ada di Kampung Sanan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.

Kampung ini memang sejak lama sudah dikenal sebagai penghasil oleh-oleh berbahan baku kacang kedelai, terutama tempe. 

Ivan Kuncoro, Ketua RW 15 Kampung Sanan mengungkap, produksi tempe di kampung ini diperkirakan sudah berjalan sejak abad Ke-19.

Pada awalnya, masyarakat di sini memang sebatas hanya menjadi pengrajin tempe mentah belaka.

Namun, karena penjualan tempe mentah terkadang mengalami pasang surut. Para pengrajin tempe di Kampung Sanan akhirnya melakukan inovasi untuk membuat olahan dari tempe mentah yang belum terjual. 

“Dulu pada tahun 90-an, pengrajin tempe di kampung ini mulai mengolah produk tempe mentah menjadi tempe siap makan. Meski awalnya hanya coba-coba, tetapi olahan keripik tempe ini ternyata mendapat respon positif. Akhirnya, keripik tempe diproduksi secara konsisten dan menggunakan bahan baku yang fresh,” tutur Ketua RW 15 yang akrab disapa Ipung ini.

Berasal dari Kampung Sebelah

Meski mayoritas warga Kampung Sanan telah menjadi pengrajin tempe sejak ratusan tahun silam, nyatanya ilmu pembuatan serta pengolahan tempe tidak ditemukan di kampung ini.

Melainkan berasal dari Kampung Pandean yang berlokasi tidak jauh dari Kampung Sanan.

“Kampung Pandean dulunya memang menjadi sentra pengrajin tempe. Namun, setelah salah satu warga kami menikah dengan warga Kampung Pandean, ilmu pembuatan tempe pun akhirnya dikembangkan di sini dan perkembangannya begitu pesat,” ujarnya sembari memegang secangkir kopi. 

Pengrajin Tempe di Kampung Sanan

Alhasil, pengrajin tempe Kampung Sanan hingga saat ini mampu bertahan meski diterpa berbagai ujian di setiap masa-nya.

Hal ini dibuktikan dengan adanya inovasi berkelanjutan yang membuat tempe khas Kampung Sanan ini tetap diminati masyarakat. 

Seperti inovasi yang dilakukan oleh Paguyuban Pengrajin Tempe dan Keripik Tempe Sanan.

Di sini, para pelaku usaha mencoba membuat berbagai varian yang terbuat dari limbah tempe. Mulai dari stik tempe, stik mendol, stik bawang, hingga puding. 

Selain itu, ada pula olahan lain seperti tempe sagu, rolade, kastengel, dan burger. "Inovasi ini kami buat sebagai upaya untuk mempertahankan industri yang sudah ada sejak lama. Sebab, pandemi COVID-19 sangat memukul sentra pembuatan tempe ini. Jadi, kami harus selalu membuat sesuatu yang berbeda untuk menarik perhatian," ungkap Wakil Ketua Pokdarwis Kampung Sanan. 

Trinil menambahkan, hampir 30 persen pengrajin tempe bangkrut akibat dihantam badai ini.

Sehingga, ia berharap, Gerakan Menuju 100 Smart City di Kota Malang dapat memberikan dampak positif bagi pengrajin tempe. 

Terlebih, Kampung Sanan merupakan salah satu kampung tematik yang ada di Kota Malang.

Di mana kampung tematik sendiri menjadi salah satu wisata unggulan yang ada di lebih dari 20 desa di Kota Apel ini. 

Pemberdayaan Masyarakat dan Festival Kampung Tematik

Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji mengungkap, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memiliki beberapa strategi untuk mengembangkan sektor pariwisata, terutama kampung tematik.

Ia menuturkan telah memberikan instruksi kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang untuk membuat berbagai acara yang dapat mempromosikan kampung tematik, meski di tengah pandemi. 

Salah satunya dengan membuat festival kuliner yang dilakukan secara daring. Acara ini rencananya akan dilakukan secara berkelanjutan setiap tahun dan bila situasi memungkinkan, acara ini bisa dikunjungi wisatawan agar bisa melihat festival secara langsung. 

Selain itu, demi memanfaatkan kawasan Bromo-Tengger-Semeru, Pemkot Malang akan membuat satu spot sebagai titik kumpul wisatawan yang ingin mengunjungi Gunung Bromo.

Rencananya, Kampung Heritage Kajoetangan akan menjadi tuan rumah lokasi tersebut dan dibuatkan banyak tempat kongkow-kongkow seperti cafe, toilet, panggung musik, hingga fasilitas penunjang lain. 

"Kenapa Kajoetangan? Karena kampung tersebut memiliki nilai sejarah yang amat tinggi. Masih ada bangunan peninggalan kolonial Belanda dan rumah warga yang sudah berdiri hingga 200 tahun lamanya. Alhasil, Kajoetangan sangat cocok sebagai pusat keramaian wisatawan agar mengenal Kota Malang lebih dekat," tuturnya saat ditemui di Kantor Walikota Malang. 

Disisi lain, di Jalan Basuki Rahmat, salah satu akses menuju Kampung Heritage Kajoetangan, akan disulap seperti Jalan Malioboro yang ada di Yogyakarta. Namun, ini masih sebatas rencana dan konsepnya masih dalam penyelesaian. 

Kemudian, melalui smart branding, Sutiaji berharap pariwisata di Kota Malang dapat terus berbenah dan memberikan yang terbaik.

Terlebih, banyak kampung tematik yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, hanya perlu pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus selalu ditingkatkan.

(Penulis: Dzaky Nurcahyo)

Baca Juga: Kabupaten Lombok Timur: Kelola Emas Hitam Sembalun Lewat Program Smart City

Baca Juga: Peran Smart City dalam Mendorong Ekowisata Boon Pring Andeman di Kabupaten Malang