Find Us On Social Media :

Peran Smart City untuk Mendorong Eksistensi Taman Wisata Iman Sitinjo

By Administrator, Senin, 10 Januari 2022 | 13:30 WIB

Masjid di Taman Wisata Iman (TWI) di Bukit Sitinjo, Kabupaten Dairi.

Berdiri pada ketinggian 1.000 mdpl di atas permukaan laut, Taman Wisata Iman (TWI) memiliki suasana sejuk nan asri.

Pepohonan rindang yang didominasi oleh pohon pinus memang mengelilingi setiap sudut objek wisata populer ini.

Sehingga, tak ayal, suasana yang disuguhkan oleh TWI begitu tenang dan nyaman. Sebab, sejak awal berdiri, TWI memang memiliki perencanaan pembangunan yang dapat menyatu dengan alam di sekitarnya.

Oleh sebab itu, TWI memang sengaja dibangun di atas sebuah perbukitan yang dikenal dengan nama Bukit Sitinjo. Perbukitan ini dipilih karena dapat mendukung unsur-unsur wisata yang ada di TWI.

Maklum, TWI merupakan bentuk representasi dari kerukunan umat beragama yang ada di Kabupaten Dairi.

Tercatat, terdapat lima rumah ibadah yang memang melambangkan lima agama yang diakui di Indonesia pada objek wisata ini.

Dengan memiliki konsep wisata rohani, tentu perlu lokasi yang dapat memberikan rasa damai kepada para pengunjung. Dan akhirnya terpilihlah Bukit Sitinjo sebagai lokasi utama berdirinya TWI.

Alasannya sederhana, Bukit Sitinjo terletak tidak terlalu jauh dari Ibu Kota Kabupaten Dairi, Sidikalang, serta kawasan yang berada di sekitar Bukit Sitinjo mayoritas dikelilingi perkebunan. Sehingga jauh dari kebisingan suara kendaraan bermotor.

Dengan begitu, pemilihan lokasi yang tepat seharusnya dapat memberikan rasa khusyuk bagi siapa pun yang ingin menjalani wisata spiritual di TWI.

Terdampak Pandemi Covid-19

TWI sendiri sudah dibangun sejak tahun 2005. Pembangunannya dilakukan secara bertahap karena dana yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Dairi cukup terbatas saat itu.

Meski membutuhkan waktu hingga empat tahun lamanya untuk diresmikan, tetapi konsep pembangunan yang dicetuskan langsung oleh DR. Master Parulian Tumanggor (Bupati Dairi Ke-18) ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Kabupaten Dairi.

Selain menjadi lebih dikenal, ekonomi masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata juga meningkat. Penjualan berbagai suvenir yang berbau TWI laku keras diburu wisatawan.

Hanya saja, dalam dua tahun ini, penjualan suvenir di TWI tidak semulus beberapa tahun lalu. Banyak baju yang tidak laku terjual, kalung-kalung yang mulai karatan, hingga ulos yang ditutupi tebalnya debu.

Bernat Sibarani, salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan TWI mengaku sudah berada diujung tanduk. Usaha penjualan suvenir yang ia miliki hampir tidak bisa diharapkan lagi.

Ia begitu khawatir akan keberlangsungan hidupnya dan keluarga kecilnya. Kebutuhan ekonomi yang kian tak terbendung harganya, begitu mencekik Bernat dalam kehidupan sehari-hari.

“Jujur, kami sebagai pelaku UMKM tidak bisa berbuat banyak, Bang. Bisa makan hari ini saja sudah cukup bagi kami. Pengunjung TWI yang relatif sepi semenjak adanya pandemi membuat kami terlunta-lunta,” ujar Bernat ketika ditemui di lapak miliknya.

Meski Pemerintah Kabupaten Dairi kerap memberikan pelatihan bagi UMKM, tetapi menurut Bernat dan kawan-kawannya, itu semua tak cukup untuk meningkatkan perekonomiannya atau bisa dibilang kurang efektif.

Bernat bercerita, beberapa kali memang mendapat pelatihan untuk berjualan secara online. Namun, setelah dicoba beberapa kali, tidak ada perkembangan signifikan.

“Saya pikir barang dagangan para pelaku UMKM di kawasan TWI ini tidak bisa dijual secara online. Sebab, masyarakat tidak ingin membeli suvenir asli sebuah daerah tanpa langsung mengunjungi lokasi wisatanya. Sehingga, pelatihan ini hanya membuang-buang waktu kami,” katanya dengan nada yang cukup tinggi.

Sehingga, bila boleh memberi saran, Bernat hanya ingin Pemerintah Kabupaten Dairi menggalakan promosi wisata yang ada. Apalagi situasi kian membaik pasca pemberian vaksin Covid-19.

Menurutnya, dengan menggemborkan promosi wisata, TWI dan berbagai objek wisata lain di Kabupaten Dairi dapat bangkit secara perlahan.

Patung Yesus di Taman Wisata Iman (TWI) di Bukit Sitinjo, Kabupaten Dairi.

Digitalisasi Pariwisata

Memiliki luas lahan lebih dari 10 hektar, TWI memiliki akses yang mudah untuk dijangkau oleh wisatawan.

Apabila ditempuh dari Kota Sidikalang, hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 30 menit atau 10 km perjalanan.

Sementara, bila ditempuh dari Kota Medan, jaraknya sekitar 154 km atau membutuhkan waktu tempuh hingga 6 jam perjalanan.

Sehingga, untuk memberikan kesan baik kepada para wisatawan yang telah jauh-jauh datang berkunjung ke TWI, Pemerintah Kabupaten Dairi senantiasa melakukan revitalisasi objek wisata.

Apalagi, terdapat sederet bangunan yang menjulang tinggi dan butuh perawatan secara berkala.

Beberapa di antaranya seperti vihara, kuil, gereja, masjid, patung Abraham, patung Nabi Musa, gua Bunda Maria, perahu Nabi Nuh, lapangan manasik haji, dan taman firdaus.

Terdapat pula miniatur yang menceritakan perjalanan Yesus Kristus, mulai dari miniatur kandang domba di Betlehem, miniatur Yesus tengah memberi makan 5.000 orang, minatur Yesus berdoa di Taman Gestmani, miniatur 14 tahap perjalanan salib (via Dolorosa), hingga miniatur Bukit Golgata serta kebangkitan Yesus.

Tak hanya melakukan revitalisasi, Pemerintah Kabupaten Dairi juga tengah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk membuat ekosistem pariwisata yang lebih apik.

Semangat digitalisasi pariwisata ini kian membara tatkala Kabupaten Dairi turut ambil bagian dalam Gerakan Menuju 100 Smart City untuk Destinasi Wisata dan Ibu Kota Negara.

Bupati Dairi, Dr. Eddy Keleng Ate Berutu mengungkap, digitalisasi akan dimulai dari beberapa sektor. Salah satunya melalui sektor pariwisata,

Pemerintah Kabupaten Dairi saat ini tengah menyempurnakan situs visitdairi.com yang memiliki fungsi utama untuk mempermudah wisatawan yang datang berkunjung.

“Situs visitdairi.com memang sengaja kami kembangkan secara khusus untuk memudahkan masyarakat, khususnya bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Kabupaten Dairi. Sebab, melalui situs ini, mereka dapat memesan kegiatan apa saja yang ingin dilakukan selama di sini atau istilah kerennya itinerary,” ungkap Eddy saat ditemui di kantornya.

Dalam situs ini, sudah ada beberapa kelengkapan yang dibutuhkan wisatawan kala berlibur di Kabupaten Dairi.

Mulai dari penginapan, lokasi wisata, lokasi kuliner, hingga berbagai produk khas yang diproduksi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Tak hanya itu, wisatawan juga dimudahkan dengan adanya jasa tour guide yang dapat disewa serta pemilihan waktu kala melakukan kunjungan.

Alhasil, para stakeholder yang terlibat dalam situs ini dapat mengetahui bila ada wisatawan yang ingin berkunjung.

Sehingga, tidak ada yang merasa dirugikan karena adanya jadwal yang pasti dan setiap penanggung jawab yang ada di lokasi wisata pun dapat mempersiapkannya sebaik mungkin.

Situs visitdairi.com sendiri baru diluncurkan tahun ini. Tepatnya pada bulan April 2021 lalu dan diresmikan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno.

Situs ini juga sudah memiliki keunggulan dalam sisi pembayaran, karena sudah didukung pembayaran secara non tunai.

Hanya saja, situs ini memang masih dalam tahap pengembangan, sebab masih ada beberapa fitur yang ingin ditambahkan, salah satunya dengan menyediakan visitdairi.com secara mobile yang dapat diunduh melalui ponsel pintar.

(Penulis: Dzaky Nurcahyo) 

Baca Juga: Langkah Desa Tewil dalam Mengembangkan Potensi Smart Economy dan Smart Environment

Baca Juga: Pasarwajo, Surga bagi Pecinta Wisata Air di Kabupaten Buton