Find Us On Social Media :

Menengok Jejak Misionaris Nommensen di Monumen Salib Kasih

By Administrator, Selasa, 11 Januari 2022 | 17:30 WIB

Ilustrasi Monumen Salib Kasih

Semilir angin menghiasi perjalanan kami menuju salah satu objek wisata favorit di Kabupaten Tapanuli Utara.

Kebetulan, siang ini, kami diajak untuk melihat tapak tilas seorang misionaris di Tanah Batak.

Ditemani langsung oleh Jeffry Sinaga, Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara, ini merupakan kali pertama kami mengunjungi objek wisata yang ada di kabupaten ini.

“Perjalanan pertama kita hari ini diawali dengan mengunjungi Salib Kasih. Sesuai dengan namanya, objek wisata ini adalah sebuah monumen berbentuk salib yang dibuat khusus untuk mengenang jasa misionaris asal Jerman, DR. Ingwer Ludwig Nommensen,” ujar Jeffry di dalam roda empat yang kami tumpangi.

Nommensen sendiri merupakan satu diantara sedikit misionaris yang berhasil menyebarkan agama Kristen di Provinsi Sumatera Utara.

Sebab, sebelum keberhasilan Nommensen, sudah tak terhitung lagi jumlah misionaris yang tumbang, entah itu akibat dikucilkan atau diasingkan ketika berupaya mengajarkan ajaran agama di Tanah Batak.

Alhasil, Salib Kasih menjadi bentuk penghargaan masyarakat atas keberhasilan Nommensen untuk menyebarkan agama Kristen.

Di sisi lain, Salib Kasih juga menjadi tanda terima kasih terhadap Nommensen karena tidak hanya memberikan cahaya terang, tetapi turut memberikan ilmu berharga kepada masyarakat di beberapa bidang, seperti bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

Pijakan Pertama Nommensen

Terletak di Desa Situngkir, Kecamatan Simorangkir Julu, Kota Tarutung, Salib Kasih berdiri kokoh di atas sebuah bukit. Tepatnya berada di atas Dolok (Bukit) Siatas Barita.

Jeffry bercerita, ada alasan tersendiri mengapa monumen Salib Kasih didirikan di atas Dolok Siatas Barita.

Ia mengungkap hal ini didasari karena Nommensen pertama kali menginjakkan kaki di Kota Tarutung tepat berada di atas bukit ini.

“Berdasarkan cerita turun temurun dari nenek moyang kami, Nommensen memanjatkan doa untuk pertama kalinya di atas Dolok Siatas Barita. Waktu itu, Nommensen berdoa di atas sebuah batu dengan menghadap langsung ke rumah-rumah warga yang kebetulan tepat berada di bawah Dolok Siatas Barita,” kata Jeffry.