Pada Desember 2021 kemarin, Bank Indonesia secara resmi merilis BI-FAST. Sekadar mengingatkan, BI-FAST adalah infrastruktur transaksi secara real-time dan tersedia secara 24/7. BI-FAST ini dapat digunakan bank dan institusi finansial yang memiliki kepentingan transaksi antar bank (seperti asuransi, fintech, sampai e-commerce).
Bicara transfer antar bank, sebenarnya saat ini kita memiliki memiliki beberapa pilihan. Ada kliring, RTGS, Link, sampai ATM Bersama. Namun pilihan yang ada relatif memiliki kelemahan. Kliring dan RTGS membutuhkan durasi tertentu alias tidak real-time. Link dan ATM Bersama sudah bisa real-time, tapi mengenakan biaya transaksi cukup tinggi (yaitu Rp.6500).
Hal inilah yang coba dijawab Bank Indonesia melalui BI-FAST. Selain real time, BI-FAST juga mengenakan biaya transaksinya yang lebih rendah (Rp.2500).
Saat ini, sudah ada 42 bank dan 1 non-bank yang telah mengadopsi BI-FAST. Salah satunya adalah BRI, yang merupakan bank generasi pertama yang mengimplementasikan BI-FAST. InfoKomputer pun berkesempatan mewawancarai Muhammad Randy Desmond Ibrahim (Department Head of Omni Channel Application Development BRI), sosok yang mempersiapkan sistem BI-FAST di BRI.
“Kami mulai testing di bulan Oktober, jadi cuma punya waktu satu bulan,” ungkap Desmond sambil tergelak. Masalah di awal implementasi memang ada, namun kini BI-FAST sudah stabil dan siap digunakan nasabah BRI melalui aplikasi mobile BRImo.
Terdiri Dua Bagian
Secara arsitektur, implementasi BI-FAST dibagi dalam dua premis utama, yaitu BI premise dan BRI premise. Pada BRI premise, terdapat front end yang berhubungan dengan customer (seperti BRIMO, BRI API, atau Agen BRILink) serta back-end berupa enterprise service bus atau middleware. “Middleware ini bertugas sebagai orkestrator antara core banking dan BI-FAST,” cerita Desmond.
Middleware ini kemudian terhubung dengan aplikasi yang disebut CI-Connector. CI-Connector ini adalah aplikasi milik Bank Indonesia yang di-install di on-premise BRI, dan dapat digunakan gratis oleh semua bank yang mengadopsi BI-FAST. Namun kebutuhan pendukung CI-Connector ini (seperti server, database, dan Hardware Security Module), menjadi tanggung jawab bank.
Beginilah arsitektur BI-FAST yang menggunakan CI-Connector
Untuk kebutuhan server CI-Connector sendiri, Bank Indonesia telah menentukan spesifikasi yang dibutuhkan. Ada beberapa level atau tier yang bisa dipilih, mulai dari 100 sampai 500 TPS (transaction per seconds). Bank Indonesia juga telah memilih empat bank (termasuk BRI) untuk menggunakan SD-WAN sebagai koneksi jaringan antar infrastruktur bank dan Bank Indonesia. “Tujuan [penggunaan SD-WAN]-nya agar lebih mudah dikelola,” ungkap Desmond menjelaskan.
Di periode awal implementasi, Desmond mengakui sistem BI-FAST belum terlalu stabil. “Contohnya yang kami alami adalah adanya timeout proses transaksi lebih dari 30 detik,” ungkap Desmond. Namun saat ini, sistem BI-FAST relatif sudah cukup andal, terbukti dari success rate yang mencapai 99,9%.
Karena itulah, BRI berencana mengimplementasikan BI-FAST ke kanal yang lebih luas; tidak cuma di BRImo seperti saat ini. “Kami saat ini sedang mengimplementasikan BI-FAST ke BRI CaMS, kantor cabang, agen billing, dan juga BRI API,” ungkap Desmond.