Apa persoalannya? Menurutnya, Indonesia memiliki talenta yang bagus di bidang TI tapi sayangnya terbatas. “Dan menjadi semakin challenging ketika semakin banyak startup teknologi di Indonesia yang hunting semua talenta terbaik ini. Ya kita berkompetisi lah,” ujar Cornel seraya tersenyum.
Mengatasi hal ini, CITIS menerapkan dua strategi. “Pertama kita harus retain talent yang ada. Bagi saya lebih baik kalau kita jaga yang sudah ada,” jelasnya. Kedua, selalu berusaha memberikan challenge bagi team CITIS agar mereka selalu terpacu.
Mimpi Jadi Organisasi Kelas Dunia
Walaupun mungkin akan terkendala keterbatasan talenta, di posisinya saat ini, Cornelius Budianto memiliki mimpi besar menjadikan CITIS sebagai organisasi TI berkelas dunia (world-class IT organization) yang akan menjadi tempat bagi SDM dan teknologi terbaik.
“Dengan ini kami juga berharap bisa mengubah paradigma TI (di KG) dari organisasi TI sebagai cost center menjadi profit center, atau berkontribusi secara bisnis kepada perusahaan,” tutur Cornel.
Menurutnya jalan itu sudah mulai diretas melalui produk-produk in-house yang sudah digunakan di lingkungan KG. Salah satunya adalah Hotel Management System yang digunakan oleh unit bisnis hotel. “Produknya bagus dan sudah terbukti di Santika dan Amaris. Kita akan coba tawarkan ke perusahaan-perusahaan lain kalau ada kebutuhan,” ungkapnya.
Kalaupun belum berhasil saat ini, setidaknya proses pengembangan dan implementasi produk-produk in-house CITIS di lingkungan KG sudah menjadi sudah satu learning curve bagi tim TI. “Kami mencoba untuk tidak hanya jago kandang, tapi juga di luar,” pungkas Cornelius Budianto.