Akses yang luas dan cepat terhadap teknologi menjadi salah satu game changer yang dibutuhkan startup tahap awal untuk tumbuh cepat. Ini kiat dan strategi yang diterapkan Sribuu dan Twibbonize dengan AWS Cloud.
Bisnis startup di Indonesia terus meraih momentum, yang ditandai oleh kian semarknya pendanaan oleh modal ventura ke perusahaan startup. Yang menarik, data CB Insights memperlihatkan, sepanjang 2021, kucuran modal bagi startup pra-Seri A maupun Seri A mencapai angka US$772 juta, atau mengalami peningkatan 214% year-on-year (YoY).
Pertumbuhan pendanaan di tahap awal yang lebih cepat dibandingkan Seri B (111% YoY) dan Seri C (-68% YoY) menunjukkan adanya peluang besar bagi para founder perusahaan startup, terutama yang masih berada di tahap awal atau early-stage startup.
Selain fintech dan e-commerce, funding startup di Indonesia juga mulai meluas ke bidang-bidang lain, seperti healthtech dan delivery & logistics.
Dalam sebuah konferensi pers, Gunawan Susanto, Country Manager, Indonesia, Amazon Web Services (AWS) menjelaskan bahwa AWS telah menemani perjalanan sejumlah startup anak bangsa dari berbagai industri, mulai dari early-stage hingga tahap lebih lanjut, seperti Halodoc (telemedisin), HappyFresh (e-commerce), dan Paxel (logistik) melalui program AWS Activate. Kini, AWS pun tengah membimbing dua startup early-stage, Sribuu dan Twibbonize.
Cara Startup Tahap Awal Tumbuh Cepat
Francisca Susan, CTO dan Co-Founder, Sribuu, menjelaskan bahwa Sribuu merupakan startup yang bergerak di bidang perencanaan keuangan pribadi. Kepada penggunanya, aplikasi Sribuu memberikan rekomendasi tentang cara mengatur keuangan setiap bulan.
Untuk melakukan itu, Sribuu harus menganalisis transaksi yang dilakukan pengguna di platform e-commerce, dompet digital, dan perbankan menggunakan teknologi machine learning AWS. Hasil analisis ini akan menghasilkan smart insight berupa strategi berhemat yang optimal bagi tiap pengguna.
Akses terhadap teknologi, menurut Susan, adalah game changer bagi startup early stage untuk bisa tumbuh cepat sehingga bisa mendapatkan pendanaan awal dengan cepat pula.
“Sepuluh tahun lalu saja, tidak mungkin perusahaan startup seukuran kami dapat mengakses teknologi termutakhir seperti cloud dan machine learning karena terkendala biaya. Namun sekarang, teknologi dapat dimanfaatkan oleh semua orang untuk merealisasikan dan menskalakan ide bisnisnya,” ujar Susan.
PhD Candidate di Massachusetts Institute of Technology ini juga memaparkan bagaimana teknologi cloud memungkinkan Sribuu melakukan testing dan iterasi dengan cepat. “Jadi saat kami mau launch beta app, butuh sekitar dua minggu saja untuk membangun aplikasi Sribuu ini,” imbuhnya.
Dari sisi dukungan finansial, Susan menceritakan bahwa Sribuu memang banyak mendapatkan grants dari berbagai program inkubator. “Namun, berkat AWS yang terus membuat teknologi semakin terjangkau, kami dapat mengalokasikan anggaran untuk merekrut talenta-talenta yang berbakat untuk menunjang perusahaan dalam jangka panjang,” ujarnya.