Find Us On Social Media :

Jika Perusahaan Gagal Manfaatkan Data untuk Masyarakat, Ini Risikonya

By Liana Threestayanti, Selasa, 5 April 2022 | 09:30 WIB

Ilustrasi studi Cloudera

“Limitless: The Positive Power of AI Study” dari Cloudera mengungkapkan bahwa environmental, social and corporate governance atau ESG kini menjadi prioritas utama para pemimpin bisnis dan kegagalan melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat akan mengundang risiko besar terhadap  pertumbuhan bisnis dan talentanya. 

Penelitian yang melibatkan  2.213 pembuat keputusan bisnis enterprise dan 10.880 pekerja intelektual di kawasan EMEA, India dan Asia Pasifik (termasuk Indonesia) ini menemukan,  lebih dari seperempat (26%) dari pembuat keputusan bisnis global kini semakin meningkatkan investasi untuk lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan/ESG dibanding untuk mengembangkan produk/layanan baru (24%) atau mempercepat pertumbuhan finansial (21%). 

Para pekerja intelektual (knowledge worker) juga meyakini bahwa 49% dari data yang digunakan perusahaan setiap hari seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang mereka layani. Pendapat ini diamini oleh 52% pembuat keputusan bisnis. 

Dari temuan ini Cloudera menyimpulkan bahwa profit atau keuntungan dan ESG bukanlah dua hal yang dikejar perusahaan secara terpisah. 

AI Dibutuhkan untuk Praktik Bisnis Berkelanjutan

Temuan lagi dari penelitian Cloudera ini adalah sebanyak 24% dari para pengambil keputusan dan 22% dari para pekerja intelektual di seluruh dunia yakin bahwa perusahaan mereka seharusnya secara publik mendukung praktik bisnis berkelanjutan. 

Dan sebanyak 81% pekerja intelektual berpendapat bahwa ada kebutuhan untuk memanfaatkan AI dalam menyediakan praktik bisnis yang lebih berkelanjutan yang bisa menguntungkan organisasi dan masyarakat yang mereka layani.

Ada temuan menarik di antara responden dari Indonesia. Sebanyak 61% dari pengambil keputusan dan pekerja intelektual di tanah air meyakini bahwa apabila perusahaannya tidak mulai memanfaatkan data yang dimiliki perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis yang lebih berkelanjutan dalam 36 bulan ke depan, bisnis mereka akan menurun. 

Faktanya, setidaknya 15% pengambil keputusan bisnis meyakini bahwa bisnisnya akan terancam hancur jika perusahaan ternyata punya data untuk membuat bisnis yang lebih berkelanjutan, tapi tak mau memanfaatkannya. Sebanyak 60% mengatakan bisnis mengalami disrupsi yang serius.

Tak Memanfaatkan Data, Perusahaan Bakal Ditinggal Karyawannya

Namun, hanya 31% pembuat keputusan bisnis global yang aktif mengimplementasikan teknologi AI ini dan memiliki pemahaman yang terbatasi mengenai cara kerja teknologi ini. Kabar baiknya, menurut Cloudera, perusahaan yang mengatasi kesenjangan ini akan mendapatkan keunggulan kompetitif dalam berkompetisi mendapatkan pelanggan dan tenaga kerja. 

Berdasarkan hasil penelitian ini, Cloudera menggarisbawahi perlunya pemimpin bisnis mulai memanfaatkan data jika perusahaan ingin menanamkan keberlanjutan di dalam inti bisnisnya. Jika gagal melakukan hal ini, 19% pekerja intelektual dan 27% pengambil keputusan bisnis di Indonesia yakin bahwa karyawan akan meninggalkan perusahaan. Di tengah kelangkaan talenta teknologi yang mumpuni saat ini, hal ini dapat menjadi sebuah kerugian besar bagi perusahaan.

Fokus Investasi pada Reskilling SDM

Temuan dalam penelitian ini disebut Cloudera telah menghilangkan sebuah anggapan lama bahwa karyawan khawatir AI akan mengambil alih pekerjaan mereka. Dengan adanya ledakan volume data yang sekarang tersedia untuk bisnis, AI/machine learning menjadi sebuah benang merah dalam banyak bidang pekerjaan dan menjadi “sekutu” yang kuat. 

Lebih dari setengah pekerja intelektual di seluruh dunia mengatakan tugas harian mereka sudah ditingkatkan atau diotomatisasi oleh AI (55%), machine learning (51%) dan Data Analytics (63%) dalam 12 bulan terakhir. Di Indonesia, persentasenya bahkan lebih besar, yaitu Data Analytics (88%), machine learning (72%), dan AI (66%). 

Secara global, keuntungan terbesar dari penerapan teknologi AI adalah memungkinkan para pekerja menghemat waktu (37%) dan lebih fokus pada pekerjaan yang strategis (35%). 

Sementara di Indonesia, baik pembuat keputusan bisnis maupun pekerja intelektual setuju pada manfaat terbesar AI. Menurut para pembuat keputusan bisnis, teknologi AI akan memberikan penghematan waktu (77%), penghematan biaya (68 %), dan akurasi (51%). 

Dan pekerja intelektual menyatakan manfaat dari AI adalah penghematan waktu (78%), penghematan biaya (52%), dan akurasi (53%).

Untuk meraih manfaat dari teknologi ini, bisnis harus berbuat lebih dan berinvestasi di reskilling demi karyawan mereka. Secara global, sembilan dari sepuluh (91%) pembuat keputusan bisnis mengatakan perusahaan mereka akan berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam melakukan reskilling terhadap karyawan karena semakin banyak pekerjaan yang diotomatisasi. 

Di Indonesia, 88% pekerja intelektual mengatakan, perusahaan mereka cukup berinvestasi dalam memberikan reskilling kepada karyawannya yang bekerja bersama teknologi AI/ML/Data Analytics. 

Pada saat yang sama, pengambil keputusan bisnis di Indonesia berkata bahwa mereka yakin karyawan mereka sudah memiliki skill yang tepat untuk bekerja secara efektif bersama dengan teknologi ML (96%), AI (96%) atau data analytics (100%). 

Namun investasi terhadap SDM tidak bisa berhenti di sana. Menurut Cloudera, perusahaan juga perlu menjadikan karyawan sebagai mitra dalam proses reskilling dan upskilling untuk memastikan lingkungan kerja yang setara bagi semua staf.

“Bagi pemimpin bisnis inilah waktunya untuk memfokuskan kembali pandangan mereka tentang investasi teknologi – mengidentifikasi tidak hanya data yang akan mendorong pertumbuhan, tetapi juga teknologi yang akan membantu karyawan dan masyarakat mendapatkan akses yang bermanfaat kepada hal tersebut. Di Cloudera kami bekerja dengan pelanggan untuk mentransformasi output ekonomi mereka dengan Data Analytics dan AI,” ujar Mick Hollison, President, Cloudera.

Sementara Country Manager Cloudera untuk Indonesia, Erwin Sukiato mengatakan, studi ini menunjukkan semakin pentingnya data dan implementasi AI dan ML untuk mendorong pengambilan keputusan bisnis yang lebih berkelanjutan. 

“Ini merupakan sinyal positif dalam mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi karena penerapan AI, ML, dan Data Analytics terbukti memberikan penghematan waktu, penghematan biaya, dan akurasi yang memuaskan," tutup Erwin Sukiato.