Sudah 24 tahun Agung Sedaju mengabdi di INKA. Berbagai posisi sudah ia rasakan, mulai dari pengembangan produk, SDM, sampai pemasaran. Padahal, niat awal bekerja di INKA yang berkantor pusat di Madiun ini terbilang sederhana. “Saya ingin bekerja dekat rumah tapi gak dekat-dekat amat” ungkap pria asli Malang ini dengan nada setengah bercanda.
Kini di posisi sebagai Direktur Pengembangan PT. INKA, tugas Agung tidaklah sederhana. Ia harus memimpin transformasi INKA menjadi perusahaan yang kokoh dan berkelanjutan; termasuk dengan memanfaatkan teknologi.
INKA pun sudah merintis transformasi digital sejak 2012 lalu. Mimpi besarnya adalah menjadikan INKA sebagai perusahaan moda transportasi yang cerdas, baik dari sisi manufaktur maupun produknya. Dan Agung yakin, INKA dapat melakukannya. “Sekarang ini kesempatan kita menyalip di tikungan,” ungkap pria lulusan ITB ini dengan nada lugas.
Lingkup Bisnis INKA
Tercermin dari namanya, INKA adalah perusahaan manufaktur di bidang perkeretaapian. Produk mereka meliputi lokomotif, kereta penumpang, KRL, railbus, gerbong, sampai kereta untuk kebutuhan khusus. Produk kereta api INKA pun tidak cuma untuk pasar domestik, namun juga terjual di pasar internasional seperti Bangladesh, Pilipina, dan Selandia Baru.
Namun jika ditilik lebih lanjut, produk INKA sebenarnya juga bukan sekadar kereta api. Produk INKA juga bisa berupa bus. Contohnya bus gandeng yang digunakan oleh Transjakarta atau bus listrik yang akan digunakan di acara G20 November nanti.
INKA saat ini juga memproduksi lemari pendingin (reefer container) untuk keperluan logistik rantai dingin
INKA juga dalam proses membangun kereta layang di TMII dan juga kereta gantung di Kota Batu (Malang). Bahkan, INKA saat ini juga sudah menyuplai reefer container atau lemari pendingin yang dipasang di kapal Pelni sebagai bagian dari distribusi rantai dingin.
Variasi produk INKA ini menunjukkan visi INKA dalam menyediakan produk yang menjawab kebutuhan negeri ini. Semua produk itu juga dibangun di atas kompetensi yang dimiliki INKA. Untuk membangun bus, misalnya, INKA mengaku tidak menemui banyak kesulitan. “Meskipun mendesain bus itu lebih sulit dari kereta karena faktor aerodinamikanya,” ungkap Agung sambil tertawa kecil.
Sementara untuk lemari pendingin, kompetensi itu didapat INKA dari kemampuan membuat pendingin kereta api. “Sejak tahun 2013, kami memutuskan untuk membuat sendiri pendingin di kereta. Sebelumnya kami impor,” cerita Agung. Lemari pendingin untuk kapal laut ini sendiri menjadi penting karena selama ini Indonesia sangat tergantung dari pasar impor.
Ke depan, INKA juga berencana mengembangkan lemari pendingin tenaga surya untuk penampungan ikan. Sedangkan untuk kapal nelayan, INKA akan membuat lemari pendingin berbasis PCM (Phase Change Material, yang melepas panas secara perlahan) sehingga ikan yang didapat di tengah laut tetap segar saat dibawa ke darat.
Membangun Ekosistem Cerdas