Find Us On Social Media :

Agung Sedaju: Saatnya Menyalip di Tikungan

By Wisnu Nugroho, Selasa, 19 April 2022 | 10:10 WIB

Agung Sedaju (Direktur Pengembangan PT. INKA)

Cerita di atas sedikit banyak bisa menggambarkan salah satu pondasi utama INKA, yaitu produk yang cerdas. Dua pondasi lainnya adalah manufaktur cerdas (seperti bisa dibaca di sini) serta ekosistem bisnis yang cerdas.

Untuk membangun ekosistem cerdas ini, INKA pun menggandeng Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH). Kerjasama ini memungkinkan produk cerdas INKA terhubung ke ekosistem cerdas yang menjadi domain utama IOH.

Bus listrik buatan INKA sudah dilengkapi contactless ticketing system yang modern

Sebagai contoh, bus listrik INKA saat ini sudah dilengkapi contactless ticketing system. “Bisa menggunakan smartphone atau RFID,” cerita Agung. Namun sistem tiket itu harus terhubung ke ekosistem digital lain, seperti payment gateway, menggunakan koneksi internet. Di sinilah kompetensi IOH diharapkan dapat menambah nilai dari produk INKA.

Contoh kolaborasi INKA dan IOH juga bisa dilihat di reefer container yang terpasang di kapal Pelni. Berkat sensor IoT yang terpasang di kontainer tersebut, INKA bisa memonitor suhu, kelembaban, status listrik, maupun lokasi. Dengan begitu, perusahaan distribusi yang mengirim barang menggunakan kapal Pelni bisa mengetahui posisi dan kualitas barangnya secara real time. 

Hasil kolaborasi yang lebih canggih juga bisa dilihat di kereta gantung TMII generasi terbaru. Kereta yang akan beroperasi Agustus 2022 ini adalah autonomous train, alias kereta berjalan secara otomatis tanpa diawasi masinis. INKA juga akan menyediakan 10 autonomous bus (bus yang bisa berjalan sendiri) berbasis garis khusus yang mengitari taman terbesar di Indonesia tersebut.

Deretan pencapaian inilah yang membuat Agung yakin, INKA (dan bangsa ini) sebenarnya bisa menyalip negara lain dalam membuat produk yang cerdas. “Teknologi digital, IoT, atau manufaktur 4.0 itu kan investasinya tidak besar. Hanya butuh otak dan keringat,” ungkap Agung dengan yakin. Tinggal bagaimana kesempatan emas ini dimanfaatkan dengan memaksimalkan rasa saling percaya antar pemangku kepentingan untuk bekerjasama.

“Sekaranglah kesempatan Indonesia menyalip di tikungan terhadap ketertinggalannya,” tambah Agung.