Berawal dari kecemasannya akan sistem keamanan yang ada internet, Patrick Hoyoux terdorong untuk menciptakan sistem keamanan dengan pendekatan baru. Bersama talenta dari Jogja, lahirlah Archangel.
Pada awalnya, Patrick Hoyoux berprofesi sebagai konsultan hukum di Belgia. Ia sendiri bahkan tidak menyangka bahwa akan terjun ke dunia teknologi. Sampai akhirnya, pada tahun 2013 Patrick memutuskan untuk ke Indonesia untuk membangun perusahaannya.
Patrick sendiri sudah memiliki kedekatan yang begitu kuat dengan Indonesia. Pasalnya, ia terlahir dan menghabiskan masa kecilnya di salah satu kota di Tebing Tinggi, Sumatera Utara.
Pada bulan pertamanya kembali ke Indonesia, ia masih aktif bekerja sebagai konsultan hukum. Bersamaan dengan itu, ia juga turut meneliti berbagai kasus pencurian dan pembobolan data yang pernah terjadi serta mempelajari cara kerja sistem keamanan data. “Saya mempelajarinya dari buku-buku dan mencari informasi yang berkaitan dengan sistem keamanan. Sampai suatu titik saya berpikir “oke, saatnya untuk mengeksekusi,” ucap Patrick Hoyoux, selaku President Director, Sydeco.
Sejak didirikan, banyak instansi dan perusahaan besar yang mulai tertarik menggunakan solusi sistem keamanan yang diciptakan oleh Sydeco. Tidak berhenti menghadirkan inovasi, Patrick dan timnya terus melakukan penelitian terhadap masalah-masalah yang ada di sistem internet. Sampai akhirnya, ia melihat banyaknya kasus akibat ulah para peretas dan terpikirlah untuk menjawab masalah itu dengan menghadirkan Archangel.
Lindungi Berbagai Perangkat
Archangel sendiri adalah sebuah smart box yang menciptakan jaringan internal di dalam sebuah perusahaan atau kantor. Smart box ini berfungsi melindungi semua komputer atau perangkat mobile yang terhubung dengan jaringan terhadap serangan siber dari luar, termasuk dari penyebaran virus yang terinfeksi dalam sebuah jaringan.
Archangel juga berfungsi sebagai VPN untuk melindungi semua perangkat dari segala gangguan yang datang dari luar dan mencegah penularan lateral dari suatu perangkat ke perangkat lain di dalam VPN.
Firewall akan memblokir semua jenis serangan seperti virus dan worm yang dapat di identifikasi, sedangkan serangan yang tidak dapat di identifikasi akan terjebak di honeypot dan karakteristik serangan tersebut akan dikirim ke intelligent agent ke brain (mesin pembelajaran) untuk dipelajari dan firewall akan diperbaharui secara otomatis untuk menghentikan gangguan tersebut di kemudian hari.
Untuk lebih memudahkan pengaplikasian, pengguna dapat melihat dashboard yang menggambarkan perlindungan yang diberikan. Archangel akan menunjukkan perangkat mana yang terkontaminasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membersihkannya.
“Dengan hadirnya Archangel, teknologi ini akan melindungi berbagai perangkat dari berbagai macam serangan dari hacker, baik yang sudah diketahui maupun yang baru. Archangel diciptakan dengan berbasis pada artificial intelligence,” tambah Patrick.
Untuk produknya sendiri Achangel terbagi dalam 2 tipe, yaitu Archangel BA 147 dan BA 298. Untuk BA 147 mampu menampung hingga 150 perangkat, sedangkan BA 298 mampu menampung maksimal 300 perangkat. Selain diperangkat desktop dan laptop, sistem keamanan Archangel juga dapat diaplikasikan di perangkat smartphone Android. Pengguna dapat mengunduh aplikasinya melalui Google Play Store.
Produk Teknologi dari Indonesia
Meski didirikan oleh pria berketurunan Belgia, semua produk teknologi di Sydeco diciptakan oleh orang Indonesia yang berasal dari kota Yogyakarta. Tim diperusahaan ini sendiri didukung oleh orang-orang yang memiliki kemampuan dalam bidang Teknologi Informasi (TI). Sydeco juga memiliki standar Penelitian dan Pengembangan yang tinggi untuk mengembangkan inovasi mereka.
Saat menciptakan Archangel dan beberapa produk sebelumnya, Patrick mengakui bahwa semua konsep dan ide berasal darinya. Sementara untuk proses pembuatan perangkat keras dan lunaknya, ia menyerahkannya kepada tim di perusahaannya tersebut.
“Tahap awal pengembangan adalah bagaimana kami menciptakan dan mempelajari machine learning itu dapat bekerja. Pada produk sebelumnya, kami membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk menyelesaikannya. Sedangkan untuk proses pembuatan Archangel prosesnya terbilang cepat, karena kami sudah mempunyai pengetahuan untuk menciptakan machine learning. Pembuatan Archangel menghabiskan waktu sekitar 3 sampai 4 bulan,” papar Patrick
Total keseluruhan tim yang ada di Sydeco berjumlah 33 orang, 23 orang diantaranya berposisi sebagai programmer dan engineering. “Untuk Archangel sendiri, kami saat ini ada tim ahli matematika dari UGM yang bertugas membuat Archangel supaya ke depannya menjadi lebih baik lagi,” jelas Patrick.
Selain itu, Patrick juga menjelaskan bahwa Inovasi seperti Archangel ini belum memilki kompetitor untuk pasar Indonesia. “Saat ini memang banyak kompetitor, tapi itu adanya di luar negeri. Selain itu, kompetitor-kompetitor tersebut hanya berfokus pada satu produk saja. Misalnya, router atau honeypot saja. Sedangkan produk kami memiliki kombinasi semua fitur dan bahkan kami juga memiliki sistem operasi sendiri,” ucap Patrick
Inovasi teknologi yang pernah dikembangkan oleh Sydeco juga telah mendapatkan pengakuan oleh berbagai perusahaan dan organisasi seperti Badan Zakat Nasional (BAZNAS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Asosiasi Media Digital Indonesia, AsiaTech, dan Catfiz.
“Untuk target kedepannya agar menjadi perusahaan IT yang terkemuka di Indonesia. Karena ini adalah perusahaan yang dibangun di indonesia, semua produk dari Sydeco dibuat oleh orang-orang Indonesia dan mendapatkan paten di Indonesia juga,” tutup Patrick.