Sepanjang 2021, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, terdapat sekitar 1,6 miliar serangan siber di Indonesia.
Terdapat tiga jenis serangan siber yang paling banyak terjadi, yakni trojan activity, ransomware, serta pengumpulan informasi untuk mencari celah keamanan (information gathering).
Bagi perusahaan di era digital seperti saat ini, serangan siber menjadi tantangan terbesar. Pasalnya, serangan siber mengancam kerahasiaan informasi penting perusahaan. Selain itu, data milik perusahaan pun rentan rusak atau hilang.
Berdasarkan sebarannya, sektor swasta menduduki peringkat kedua paling banyak terkena serangan siber yakni 25,37 persen dari total serangan. Jumlah ini di bawah sektor akademik, tetapi lebih banyak dari serangan siber terhadap pemerintah daerah.
Adapun serangan tersebut berasal dari serangan langsung atau akibat human error seperti membuka tautan tidak aman, mencolokkan USB terinfeksi ke perangkat kantor, dan menggunakan koneksi jaringan publik yang tak aman saat work from home (WFH) maupun work from anywhere (WFA).
Demi meminimalisasi kerugian akibat serangan siber, sudah saatnya setiap perusahaan tidak hanya berfokus pada keamaan siber, tetapi juga mulai mengedepankan kemampuan bertahan dari serangan siber (cyber resilience).
Baca Juga: Interpol: Indonesia Salah Satu Negara Paling Diincar Penjahat Siber
Perusahaan yang memiliki cyber resilience tidak hanya mampu mencegah serangan siber, tetapi juga mampu memitigasi dampaknya terhadap aktivitas bisnis saat serangan terjadi. Misalnya, membatasi dampak insiden dan menjamin keberlanjutan operasional selama dan setelah insiden serangan.
Mengingat serangan siber bisa terjadi kapanpun dan dengan berbagai cara, berikut empat tips bagi perusahaan untuk mempersiapkan cyber resilience.
1. Tingkatkan kemampuan deteksi dan automasi
Seperti dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga jenis serangan siber yang sering terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah ransomware.
Dilansir dari laporan CyberRes bertajuk Ransomware: Galaxy Strategis Threat Briefing, serangan ransomware merupakan jenis serangan yang mampu merusak data, sekaligus menimbulkan kerugian jangka panjang hingga 80 persen.