Find Us On Social Media :

Bos Nokia Prediksi Chip Bakal Gantikan Peran Smartphone pada 2030

By Rizal, Selasa, 31 Mei 2022 | 16:30 WIB

Ilustrasi Microchip di dalam tubuh warga Swedia

Saat ini smartphone menjadi perangkat wajib yang dimiliki setiap orang untuk bekerja dan belajar. Tapi perkembangan teknologi yang pesat akan membuat peran smartphone tergantikan dengan chip yang tertanam di dalam tubuh.

CEO Nokia Pekka Lundmark memprediksi peran smartphone akan tergantikan pada 2030 karena jaringan 6G akan resmi tersedia secara komersial di berbagai negara. Sebagai gantinya, orang-orang akan menggunakan produk wearable atau chip yang ditanamkan di tubuh mereka.

"Orang-orang akan sukarela menggunakan produk wearable atau chip yang ditanamkan di tubuh mereka," katanya seperti dikutip Gizchina.

Lundmark mengungkapkan saat ini orang-orang masih menggunakan smartphone untuk mengakses jaringan 5G. Namun, saat jaringan 6G sudah menjadi komersial, maka peran smartphone akan tergantikan.

"Semua orang bakal mengenakan kacamata pintar, atau bahkan menanamkan chip dan perangkat elektronik di tubuhnya," ucapnya.

Pada 2030, persyaratan teknis jaringan 6G juga bakal banyak berubah. Jaringan itu akan menggunakan daya komputasi lebih besar dan menyediakan kecepatan jaringan yang lebih cepat.

Jika dibandingkan dengan jaringan saat ini, kecepatan 6G diyakini mencapai 100 kali atau 1.000 kali lebih cepat.

Sudah Diterapkan

Sejak 2015, lebih dari 4.000 orang Swedia telah menyematkan sebuah microchip yang berisi data pribadi ke dalam tubuh mereka.

Microchip tersebut dibuat oleh Biohax International, perusahaan Swedia yang mendominasi pasar teknologi microchip.

Dari namanya, chip ini memiliki ukuran sebesar butiran beras. Alat kecil itu sejatinya dapat digunakan untuk menyimpan rincian kontak darurat, profil media sosial atau e-tiket untuk acara dan perjalanan kereta api di Swedia, seperti penemuan 100 orang yang ketahuan menggunakan microchip dalam tubuh untuk membayar tiket kereta 2017 silam.

Microchip diklaim aman akan serangan peretas karena alat itu bersifat pasif, yang berarti alat itu tidak bisa membaca informasi yang ada dalam chip itu sendiri. Selain itu, teknologi sekarang juga belum mumpuni untuk meretas sebuah chip.

"Lebih sulit untuk meretas sebuah microchip, apalagi itu (microchip) ada di dalam tubuh pengguna." ujar Jowan Osterlund, pendiri Biohax.

Untuk penggunaan sehari-hari, microchip tersebut mengandalkan teknologi komunikasi jarak pendek (NFC) yang akan bereaksi ketika dipicu oleh sistem, seperti sistem pembayaran, tiket kereta, kunci digital, sistem login dan sebagainya.

Berkat fungsi itu, microchip diklaim dapat mempercepat rutinitas harian pengguna dan membuat hidup mereka lebih nyaman dengan mengakses rumah, kantor, dan gym semudah menggesekkan tangan mereka terhadap pembaca digital.

Penyematan microchip dalam tubuh diantarkan melalui alat suntik dengan mendorong alat tersebut ke bagian atas jempol, atau ke belakang telapak tangan, sesuai dengan yang pengguna mau.

Jika mau mendapatkan teknologi ini, pengguna harus mengeluarkan biaya praktik sebesar 180 dolar AS atau sekitar 2.7 jutaan.

Seperti diketahui, perusahaan teknologi Swedia, Epicenter, dilaporkan telah menanamkan microchip pada pekerjanya untuk kemudahan absensi, akses pintu, fasilitas kantor, dan lainnya.Selain itu, startup LinkedIn, juga telah menggunakan teknologi microchip ini seperti dikutip Dailymail.

Osterlund mengatakan teknologi ini berhasil diterapkan karena perilaku transaksi orang Swedia sekarang ini sudah bergeser dari tunai ke pembayaran serba non-tunai (cashless society) dan mereka juga lebih mementingkan efisiensi daripada privasi.

Pihak Biohax menjelaskan lebih lanjut, praktik ini semakin diminati menimbang pabrikan chip itu kerepotan menangani banyaknya permintaan yang tak kunjung padam.

Praktik ini tidak serta-merta berjalan mulus. Ada beberapa pihak yang kurang setuju dengan kehadiran implantasi microchip ini, seperti Ben Libberton, seorang mikrobiologis MAX IV Laboratory.

Ben mengatakan bahwa perkembangan data yang disimpan dalam microchip itu beriringan dengan perkembangan bahaya bagi tubuh.

"Penanaman microchip dapat menyebabkan masalah medis, seperti infeksi dan reaksi pada sistem imun." pungkas Ben.

Selain itu, privasi tentang informasi kesehatan tubuh yang dapat tersebar dari adanya microchip ini juga dinilai sangat berpotensi menjadi masalah.