Schneider Electric mengajak pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merencanakan dan membangun infrastruktur digital untuk mendukung transformasi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Electricity 4.0 yang mengombinasikan listrik dengan teknologi digital dan otomasi merupakan kunci dalam mengakselerasi rencana bisnisnya di era ‘normal baru’.
Untuk memulai transformasi digital, UKM dapat mengawalinya dengan lingkup yang kecil, menetapkan tujuan dan area bisnis yang berdampak signifikan, melakukan pengawasan dan memastikan adanya dukungan pasca implementasi dari penyedia teknologi.
Sejak pertama kali diumumkan pada Januari 2020 silam, COVID-19 telah membawa dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan di seluruh dunia, terutama aspek kesehatan dan perekonomian.
Saat ini, pemulihan ekonomi juga telah menjadi salah satu agenda utama pemerintah Indonesia. Presiden Joko Widodo menyampaikan dalam berbagai kesempatan termasuk di dalam KTT G20 bahwa UMKM menjadi salah satu fokus utama dalam mempercepat pemulihan ekonomi yang inklusif.
Beliau juga menekankan besarnya peran UMKM sebagai jaring pengaman bagi masyarakat penghasilan rendah dan juga penyerapan tenaga kerja.
Bagaimana tidak, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) tahun lalu, jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,07%.
UMKM mampu menyerap 97% dari total angkatan kerja dan mampu menghimpun hingga 60,42% dari total investasi di Indonesia.
Di tengah pandemi COVID-19 yang berkecamuk, pelaku UKM menghadapi tantangan dari berbagai sisi, termasuk gangguan dalam rantai pasokan, menurunnya permintaan lokal dan internasional, perubahan perilaku konsumen, kekurangan tenaga kerja.
Masalah krisis iklim juga menjadi isu yang menjadi sorotan berbagai pemangku kepentingan dan konsumen global yang akan berdampak terhadap dunia usaha.
Para pemilik UKM tentu mengetahui pentingnya mempersiapkan usaha mereka untuk menghadapi kondisi-kondisi tidak terduga, namun tidak banyak yang telah bersiap untuk mengantisipasi terjadinya krisis global yang sedemikian meluas ini.
Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste mengatakan, “Hal yang dapat dipetik dari pandemi COVID-19 adalah pentingnya memiliki dan menerapkan sistem manajemen risiko yang memberikan ruang lebih untuk fleksibilitas dan desentralisasi pada seluruh proses operasional termasuk model rantai pasokan. Anda perlu membangun ketahanan dalam sistem pasokan Anda untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan secara jangka panjang. Hal ini dimungkinkan dengan mengombinasikan elektrifikasi dengan teknologi otomasi dan digital, atau kami menyebutnya Electricity 4.0.”
Kondisi saat ini tengah berangsur-angsur pulih. Aktivitas ekonomi mulai kembali mencari peluangnya untuk melesat, memanfaatkan momentum landainya kasus Covid-19.
Para pelaku usaha mulai meramu ulang strategi bisnisnya. Namun pelaku usaha juga perlu mengingat pelajaran penting dari krisis Covid-19 lalu bahwa keberhasilan perusahaan bertahan dalam jangka waktu panjang di masa krisis terletak pada kemampuan perusahaan untuk cepat beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan ketahanan bisnisnya.
Elektrifikasi, otomasi bisnis dan digitalisasi proses kerja bukanlah sebuah opsi, melainkan sebuah kebutuhan yang cepat atau lambat harus diterapkan
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang harus dipahami UKM agar transformasi digitalnya dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi bisnisnya:
1. Mulai dari yang kecil dan rasakan manfaatnya untuk bisnis Anda
Identifikasi proses atau langkah dalam produksi yang dapat memperoleh manfaat dari otomatisasi. Libatkan tim Anda dalam tahap perencanaan dan implementasi, memberikan energi positif bagi mereka untuk menjadi bagian dari proses transformatif yang pada akhirnya akan meningkatkan keterampilan dan pola pikir mereka.
2. Tetapkan beberapa tujuan dan area yang membutuhkan otomatis
Misalnya mengakomodasi proses produksi agar lebih tepat waktu, bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi yang lebih tinggi, untuk menghemat biaya atau meningkatkan kapasitas, meningkatkan waktu ke pasar, meningkatkan reputasi Anda sebagai pemasok, dan fokus pada peningkatan keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
3. Lakukan pengawasan dan pastikan adanya dukungan pasca implementasi
Pelayanan berupa dukungan dan pemeliharaan sangat penting. Apakah penyedia teknologi otomasi yang Anda gunakan memberikan warranty, adanya ketersediaan suku cadang, dan bantuan teknis saat dibutuhkan? Apakah terdapat pra-pelatihan terkait kompetensi yang dibutuhkan, dan apakah ada kursus sertifikasi yang dapat diambil untuk menjadi bagian dari proses otomatisasi. Terdapat beberapa tahapan dalam implementasi dan setiap tahapan berperan penting.
Sebagai perusahaan yang fokus pada transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi, Schneider Electric telah banyak membantu pelaku usaha baik kecil hingga besar dalam perjalanan transformasi digitalnya.
“Schneider Electric memiliki Automation Starter Pack yang mencakup layanan, hardware dan software untuk UKM yaitu SME Jumpstart Automation Package yang menggunakan augmented reality (AR) dan pemantauan berbasis cloud untuk meningkatkan manajemen dan pemeliharaan mesin dan membantu mereka memulai perjalanan otomasinya; mendigitalisasi database mereka dari yang berbasis hardcopy menjadi database online; memungkinkan pelacakan kinerja secara jarak jauh, dan membantu UKM memastikan bahwa proses transformasi mereka berkelanjutan,” jelas Roberto.
Baca Juga: Riset: Ini Tantangan Edge Computing dan Strategi untuk Future-proofing Kemampuan Edge
Baca Juga: Interoperabilitas Jadi Kunci untuk Memaksimalkan Potensi Industri 4.0