Find Us On Social Media :

Begini Cara Fortinet Tutupi Kesenjangan Keahlian Keamanan Siber

By Rizal, Selasa, 21 Juni 2022 | 20:30 WIB

Fortinet hari ini melaporkan 2022 Cybersecurity Skills Gap Report—laporan yang mengupas kesenjangan keahlian keamanan siber

Fortinet hari ini melaporkan 2022 Cybersecurity Skills Gap Report—laporan yang mengupas kesenjangan keahlian keamanan siber di kawasan Asia. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa kurangnya tenaga ahli keamanan siber kerap menimbulkan berbagai tantangan dan dampak beruntun bagi perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk terjadinya pelanggaran keamanan yang diikuti dengan kerugian finansial.

Karena itu, permasalahan kesenjangan keahlian masih menjadi fokus perhatian eksekutif C-level dan semakin diprioritaskan di tingkat dewan. Dalam laporan tersebut, para pengambil keputusan TI dan keamanan siber di berbagai negara—antara lain Singapura, Thailand, Hong Kong, Filipina, Malaysia, dan Indonesia—yang menjadi responden survei juga menyarankan sejumlah cara untuk mengatasi kesenjangan keahlian, salah satunya dengan mengadakan pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.

Rashish Pandey, Vice President of Marketing and Communications Asia, Fortinet mengataka ada 71 persen perusahaan yang terlibat mengaku kesulitan merekrut tenaga ahli yang berkualifikasi khusus di bidang keamanan siber (cybersecurity). Sebanyak 63 persen di antaranya setuju bahwa konsekuensi dari kurangnya tenaga ahli tersebut adalah buruknya tingkat keamanan siber perusahaan.

"Fortinet berkomitmen mengatasi kesenjangan keahlian ini dengan membuat agenda peningkatan pelatihan yang dinamakan Training Advancement Agenda (TAA) dan menyusun program lembaga pelatihan guna meningkatkan akses dan jangkauan sertifikasi serta pelatihan keamanan siber yang dianggap penting bagi perusahaan yang akan merekrut tenaga ahli, sebagaimana terungkap dalam survei," ujarnya.

Berdasarkan laporan yang termuat dalam 2021 (ISC)2 Cybersecurity Workforce Study (penelitian (ISC)2 yang menyoroti permasalahan tenaga kerja keamanan siber pada tahun 2021) Asia-Pasifik adalah kawasan dengan kesenjangan tenaga kerja terbesar, yaitu 1,42 juta orang. Meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya, kawasan ini masih harus banyak berbenah.

"Fortinet menjanjikan 1 juta tenaga ahli terlatih pada 2026 dan melalui kerja sama dengan mitra lokal, kami telah menerbitkan lebih dari 840.000 sertifikat sejak program dimulai," ucapnya.

Mengingat semakin besarnya kerugian yang dialami perusahaan dalam hal laba dan reputasi akibat pelanggaran, keamanan siber semakin diprioritaskan di tingkat dewan. Di Asia, 89% perusahaan yang memiliki dewan direksi melaporkan bahwa mereka secara khusus mengajukan pertanyaan tentang keamanan siber. Sementara itu, 79% perusahaan memiliki dewan direksi yang merekomendasikan peningkatan tenaga kerja di bidang TI dan keamanan siber.

Tingkatkan Keahlian Keamanan Siber Melalui Pelatihan dan Sertifikasi

Laporan kesenjangan keahlian Fortinet menunjukkan betapa pentingnya pelatihan dan sertifikasi bagi perusahaan untuk mengatasi kesenjangan keahlian. Laporan regional tersebut mengungkapkan bahwa 97% pimpinan perusahaan meyakini bahwa sertifikasi yang berfokus pada teknologi memberikan dampak positif terhadap peran dan tim mereka, sementara 86% pimpinan perusahaan cenderung mempekerjakan tenaga ahli bersertifikat.

Selain itu, 89% responden mengaku bersedia membayar agar karyawan mereka memperoleh sertifikasi keamanan siber. Semakin tingginya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya keamanan siber menjadi salah satu alasan utama sertifikasi sangat dihargai.

Hasil apa yang telah diperoleh dari sertifikasi?

Selain menganggap bahwa sertifikasi itu penting, 93% perusahaan telah menerapkan program pelatihan untuk meningkatkan kesadaran siber. Namun, 51% pimpinan perusahaan meyakini bahwa wawasan karyawan mereka belum mumpuni, sehingga timbul keraguan terhadap efektivitas program kesadaran keamanan yang diterapkan saat ini.