Find Us On Social Media :

Strategi Samsung Indonesia Hadapi Gempuran Penjualan Smartphone China

By Rizal, Selasa, 5 Juli 2022 | 15:00 WIB

Samsung Galaxy A73 5G

Persaingan penjualan smartphone di Indonesia sangat sengit, mengingat dominasi vendor smartphone asal china di Indonesia yang sangat masif.

Tak terhitung, vendor smartphone di Indonesia yang gugur kalah bersaing mulai dari Nokia, HTC, BlacBerry dll.

Samsung Indonesia pun memiliki strategi untuk bersaing dan menahan gempuran brand China di segmen kelas menengah.

President and Head of MX Business Samsung Electronics, TM Roh memastikan Samsung Indonesia memahami pentingnya segmen menengah dan bawah. Samsung butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk memahami konsumen di segmen ini khususnya Indonesia.

"Samsung ingin memberi harga yang kompetitif kepada masyarakat Indonesia. Keinginan pasar dan permintaan di segmen menengah juga sudah kuat. Untuk menjawab permintaan tersebut, Samsung meluncurkan lini Galaxy A dan M series," ucapnya.

TM Roh mengatakan Samsung Galaxy A series lebih disukai oleh generasi milenial dan Z. Karena itu, Samsung menawarkan spesifikasi dan fitur yang disukai generasi milenial dan Z ke lini Galaxy A untuk bertahan di antara gempuran merek China.

"Kami percaya membawa fitur-fitur flagship ke lini Galaxy A. Dari desain, waterproof, memori yang besar, dan lain-lain, agar konsumen menyukai produk seri A juga," ungkap TM Roh.

"Kami berusaha memuaskan konsumen milenial dan Z, dari Galaxy A series itu. Kami juga memperluas fitur flagship," kata Roh.

Selain itu, TM Roh juga mengatakan bahwa Samsung tidak hanya menjual perangkat, melainkan juga menjual "pengalaman" untuk segmen menengah ini.

"Jadi, kami bukan hanya mau memproduksi saja, tetapi juga ada 'service' (pelayanan)," untuk mereka.

Kembali Kuasai Pasar Indonesia

Samsung Galaxy S22 Ultra

Perusahaan riset International Data Corporation (IDC) melaporkan pengiriman smartphone Indonesia yang lesu pada kuartal I-2022. Dalam kuartal itu, jumlah pengiriman smartphone tercatat sebanyak 8,9 juta unit, turun 17,3 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu (year on year/YoY) sebesar 10,8 juta.

IDC mengungkapkan penyebab penurunan pengiriman itu karena daya beli masyarakat yang rendah dan kenaikkan harga barang seperti bensin dan komoditas lain seperti smartphone. Faktor lainnya, kurangnya pasokan HP yang menyasar pasar entry-level karena kelangkaan chipset 4G low-end.

IDC juga memperkirakan pengiriman pasar smartphone di Indonesia akan menyusut pada kuartal II 2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021. Hal itu dikarenakan naiknya PPN dari 10 persen menjadi 11 persen sejak April lalu turut berdampak pada kenaikan harga barang.

“Kenaikan harga diperkirakan akan memberikan tekanan lebih pada daya beli masyarakat. Di sisi lain, ada kemungkinan vendor tidak dapat menyerap kenaikan harga jika melewati batas tertentu. Hal ini berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata,” ujar Vanessa Aurelia, Associate Market Analyst, IDC Indonesia dalam siaran persnya.

Secara umum, IDC juga memprediksi bahwa jumlah pengiriman smartphone pada tahun ini akan sama seperti tahun 2021. Adapun total pengiriman smartphone di Indonesia mencapai 40,9 juta unit pada 2021, naik 11 persen dibanding 2020.

Penguasa Pasar Smartphone di Indonesia

IDC ikut merangkum daftar vendor ponsel terbesar pada kuartal I-2022. Uniknya, Samsung berhasil menempati posisi teratas , mengalahkan Oppo yang beberapa menempati posisi tersebut selama beberapa kuartal hingga kuartal IV-2021.

Samsung sukses mengirimkan total 2,1 juta unit pada kuartal I-2022 dan membukukan pangsa pasar 23,3 persen. Angka ini tumbuh 2,9 persen dibanding kuartal yang sama pada 2021, dengan pengiriman 2 juta unit dan pangsa pasar 18,7 persen.

Posisi selanjutnya ditempati oleh Oppo dengan pengiriman 1,8 juta unit, Vivo 1,5 juta unit, Xiaomi 1,3 juta unit dan Realme 1,1 juta unit.

Berikut daftar 5 besar vendor ponsel di Indonesia kuartal I-2022 beserta pangsa pasarnya:

Samsung 23,2 persenOppo 20,2 persenVivo 17,1 persenXiaomi 14,6 persenRealme 12,3 persen