Selama ini Nikon adalah salah satu produsen kamera SLR yang masih banyak digunakan oleh para fotografer profesional.
Namun, perkembangan kamera mirrorless yang masif dan pasar meresponnya positif membuat Nokia berpikir dua kali. Tak bisa dipungkiri, popularitas kamera D-SLR akan segera berakhkir karena kamera mirrorles manawarkan kualitas gambar yang tidak kalah bagusnya. Belum lagi, kamera-kamera HP saat ini makin canggih dan bagus.
Karena itu, Nikon akan berhenti memproduksi kamera SLR (single lens reflex) dan beralih fokus mengembangkan serta produksi kamera mirrorless. Nikon juga akan berinvestasi mengembangkan R&D untuk kamera-kamera mirrorless.
Nikon telah menghentikan produksi dua kamera DSLR D3500 dan D5600 pada Juni lalu. Saat itu, Nikon akan fokus mengembangkan kamera serta lensa kelas menengah atas saja.
Nikon sendiri menjual lebih dari 400.000 kamera SLR di seluruh dunia pada tahun lalu seperti dilansir The Verge dan Nikkei.
Tak hanya Nikon, pesaing utama Nikon yaitu Canon juga mulai mundur perlahan dari pasar kamera SLR.
Pada 2021, Canon mengumumkan bahwa Canon EOS-1D X Mark III akan menjadi kamera DSLR premium terakhir yang diproduksi.
"Saat ini pasar sudah bergeser cepat ke kamera-kamera mirrorless," ujar Canon saat itu.
Cabut dari Indonesia
Nikon Z50
Nikon resmi mundur diri dari pasar kamera digital di Indonesia, terhitung mulai 22 Oktober 2020. Belum diketahui, alasan pasti hengkangnya perusahaan asal Jepang itu dari pasar Tanah Air.
Nikon Indonesia tidak memberikan keterangan resmi baik melalui siaran pers maupun di website resminya. Satu-satunya pengumuman dibuat melalui kanal resmi media sosial Nikon.
Kamera-kamera Nikon akan tetap dijual di Indonesia, tetapi melalui distributor resmi PT. Alta Nikindo. Begitu juga untuk layanan pusat bantuan dan service. Yang pasti, hengkangnya Nikon dari pasar Indonesia membunyikan alarm, seperti apa sebenarnya kondisi pasar kamera digital di Indonesia?
Sintra Wong, Assistant Director Marketing Division Canon Datascrip mengatakan, pasar kamera di Indonesia memang sedang terpuruk. Antara kuartal I sampai III 2020, penjualan kamera di Indonesia diperkirakan turun hampir 50 persen dibandingkan tahun lalu.
Salah satu penyebab utamanya adalah pandemi COVID-19 yang turut memperlambat laju ekonomi dalam negeri. Faktor ekonomi membuat turunnya daya beli masyarakat. Tren konsumsi masyarakat juga bergeser, karena terbatasnya aktivitas di luar ruangan.
"Sehingga kamera tidak menjadi kebutuhan saat ini," kata Sintra.
Penjualan kamera Canon di Indonesia sendiri juga terdampak oleh pandemi COVID-19 ini. Namun Sintra enggan menyebutkan berapa besar penurunannya.
Yang pasti Sintra menegaskan pangsa pasar kamera Canon di Indonesia secara total masih 45 persen selama periode kuartal I sampai kuartal III 2020. Di tengah lesunya pasar, Canon masih berusaha bertahan.
"Kami berusaha untuk terus mencari pasar baru dan mengalihkan fokus pada produk-produk yang memang memiliki peluang di masa pandemi seperti sekarang," jelas Sintra.
Bukan hanya di Indonesia, pasar kamera secara global tercatat terus menurun sejak tahun 2017.
Menurut laporan Nikkei pada bulan Agustus lalu, total jumlah kamera yang terjual pada 2019 lalu di seluruh dunia adalah 14,8 juta.
Angka itu turun 22,4 persen dari tahun 2018, yang juga turun 22,2 persen dari tahun 2017. Berdasarkan laporan tersebut, separuh dari total kamera yang terjual berasal dari Canon, membuatnya kokoh di posisi pertama.
Pangsa pasar global Canon sendiri naik 2,4 persen menjadi 45,4 persen. Sony berada di urutan kedua dengan pangsa pasar 20,2 persen, atau naik 0,9 persen.
Untuk pertama kalinya, Sony melampaui Nikon, yang harus duduk di posisi ketiga dengan total pangsa pasar 18,6 persen, turun 1,6 persen.
Fujifilm Holdings menempati urutan keempat dengan pangsa pasar 4,7 persen, turun 0,4 persen dan posisi lima besar ditutup oleh Panasonic dengan pangsa pasar 4,7 persen, sebagaimana dirangkum dari Digital Camera World.