Find Us On Social Media :

Strategi Paul Soegianto Mendorong Transformasi Digital di Astra

By Wisnu Nugroho, Jumat, 15 Juli 2022 | 14:23 WIB

Paul Soegianto, Chief Group Digital Strategy Astra

Bagaimana mendorong transformasi digital di perusahaan enterprise?

Jika topik tersebut ditanyakan ke Paul Soegianto, maka jawabannya adalah seperti “menggoyang” perahu yang sedang berlayar. Jika perahu (organisasi) digoyang terlalu kuat, perahu akan bergerak cepat namun membuat awak perahu berjatuhan. Namun jika digoyang terlalu lemah, awak perahu akan lebih mudah beradaptasi namun perahu akan bergerak perlahan.

“Jadi [transformasi] yang tepat adalah mendapatkan keseimbangan,” tambah Paul. “Goyangan” harus cukup kuat agar muncul perubahan besar dari transformasi yang dilakukan, namun tidak sampai membuat orang-orang di dalam organisasi kelimpungan dan kehilangan keseimbangan.

Mencari ritme yang tepat inilah yang sekarang menjadi tanggung jawab Paul. Dalam posisinya sebagai Chief of Group Digital Strategy Astra, ia mendapat amanat untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif digital Astra pada era digital ini.

Mengembangkan Pilar Digitalisasi

Paul sendiri adalah sosok yang akrab dengan transformasi. Selama lebih dari lima tahun, ia bekerja di lembaga konsultasi McKinsey. Pekerjaannya berkeliling dunia untuk melakukan turn around perusahaan. Lalu ketika kembali ke Indonesia, ia dipercaya menjadi Chief Strategy Officer Blue Bird, dan menjadi tokoh penting di balik perbaikan kinerja perusahaan transportasi legendaris tersebut.

Sejak awal 2022, Paul pun mendapat kepercayaan untuk mempercepat transformasi digital di Astra. Hal tersebut dilakukan dengan dua pendekatan utama. Yang pertama adalah menciptakan produk baru di dunia digital atau produk baru dengan dukungan teknologi digital. Pendekatan kedua adalah meningkatkan efisiensi dan pendapatan di seluruh Grup Astra dengan memanfaatkan teknologi digital.

Dalam konteks produk digital, Astra memiliki bagian Astra Venture Building (AVB) dan Astra Digital Ventures (ADV). Keduanya memiliki tugas yang sama, yaitu memperluas portofolio Astra di dunia digital.

Bedanya, AVB fokus membangun perusahaan rintisan berdasarkan kompetensi Astra. Sejak tahun 2016, Astra telah membangun Seva.id (platform jual beli mobil baru), mo88i (platform jual beli mobil bekas), Moxa dan Maucash (layanan finansial), AstraPay (digital payment), serta Movic (rental mobil). “Jadi semua perusahaan ini adalah perluasan dari core competency Astra,” ungkap Paul.

“Tugas saya adalah memastikan masa depan digital di Astra”

Sementara ADV bertugas memberi pendanaan kepada startup di luar Astra yang memiliki masa depan cerah di era ekonomi digital. Unit ADV inilah yang berperan dalam investasi Astra di beberapa startup Indonesia, seperti Gojek, Halodoc, dan Sayurbox.

Sedangkan untuk meningkatkan efisiensi dan pendapatan, Group Digital Strategy Astra memiliki bagian yang fokusnya di bidang services atau pelayanan. Ada Astra Digital Consulting (terkait transformasi digital), Astra Digital Marketing (terkait pemasaran digital), serta Astra Data Intelligence (terkait pemanfaatan data). Selain memberikan konsultasi ke Grup Astra, ketiganya juga dapat memberikan layanan ke perusahaan lain.

Agar semua pendekatan tersebut berjalan lancar, keberadaan talenta yang mumpuni pun menjadi keharusan. Karena itulah Astra juga memiliki Academy of Technology, yang bertugas mencetak talenta digital yang menjawab kebutuhan saat ini. “Fokus utamanya adalah capacity building melalui training dan webinar,” ungkap Paul.

Menyeimbangkan Dorongan

Enam pilar inilah yang menjadi kendaraan Astra dalam mendorong tranformasi digital. Terdengar kompleks, namun Paul melihat Astra memiliki kompetensi untuk menjalankan semua pilar tersebut. “Tinggal bagaimana mengelola semua knowledge dan stakeholder supaya bergerak ke arah yang sama,” ungkap Paul.

Baca Juga: Mau Startup Anda jadi bagian Astra? Begini Syaratnya

Itulah sebabnya, jadwal keseharian Paul padat dengan pertemuan dengan pimpinan unit di Astra. Di setiap pertemuan, muncul diskusi bagaimana menjawab tantangan bisnis melalui pendekatan digital. “Jadi kami membahas inisiatifnya seperti apa, deliverable-nya seperti apa, dan lain sebagainya,” tambah Paul.

Paul juga meyakini, keterlibatan semua pihak ke dalam proses adalah faktor krusial dalam kesuksesan transformasi digital. Pengalaman yang dimiliki setiap karyawan Astra adalah aset berharga, dan akan semakin bernilai jika dipadukan dengan teknologi. “Sehingga bagaimana menggabungkan pengalaman tersebut dengan cara kerja dan cara pikir yang baru,” tambah Paul.

Selain itu, Paul juga mencoba menyuntikkan ciri khas startup yang serba cepat dan lincah di Astra. Konsepnya pun menggabungkan dua pendekatan dengan tepat. "Jadi cepat, agile, dan fleksibel namun tetap memperhatikan risk dengan baik," tambah Paul. Jadi seperti analogi di atas, perpaduan gaya bekerja startup dan enterprise diharapkan dapat memberikan keseimbangan bagi Astra dalam melangkah. 

Pendekatan yang seimbang ini pun mulai membuahkan hasil. Terkait produk digital, misalnya, saat ini Astra aktif melakukan investasi di berbagai startup potensial. Produk buatan sendiri, seperti AstraPay, mulai mendapat sambutan baik. Sementara unit terkait services seperti Astra Digital Consultancy sudah dipercaya mengolah data beberapa perusahaan di Indonesia. “Jadi tim services kami sudah berhasil create revenue,” ungkap Paul.

Masa Depan di Artificial Intelligence

Ke depan, transformasi di Astra akan berlanjut dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) sebagai pendorong utama. Hal ini tidak lepas dari kekuatan utama Astra selama ini, yaitu sistem operasional yang kuat di seluruh industri dan tersebar di seluruh Indonesia. Dengan menyuntikkan AI ke sistem operasional ini, manfaatnya akan langsung terasa. “Implementasi AI bisa sangat banyak, mulai dari meningkatkan efisiensi operasional, memprediksi arah pasar, sampai menciptakan bisnis baru,” ungkap Paul.

Untuk mewujudkan hal ini, Astra aktif merekrut dan mengembangkan talenta yang kompeten di bidang AI. Astra saat ini juga merintis kolaborasi dengan dua institusi untuk membangun talenta AI di Indonesia. “Harapan besarnya, akan muncul talenta di bidang AI yang mampu membuat perubahan,” tambah Paul.

Jika dirunut, kesediaan Paul bergabung ke Astra juga karena perubahan. Paul mengakui, visinya saat ini sejalan dengan salah satu Catur Dharma Astra, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

“Jadi saya ingin berkontribusi untuk Indonesia melalui Astra ini,” tambah Paul.