Saat ini industri perbankan Indonesia berlomba-lomba melakukan transformasi digital untuk meningkatkan pelayanan dan meraih banyak nasabah. Sayangnya, ancaman serangan fraud mengancam pertumbuhan industri perbankan yang masif di Indonesia
Studi Report to The Nations pada 2020 oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengungkapkan Indonesia menjadi negara dengan kasus fraud/penipuan keuangan terbanyak dari sebanyak 16 negara Asia Pasifik yang diteliti. Dalam setahun, kasus fraud keuangan di Indonesia mencapai 36 kasus, diikuti China sebanyak 33 kasus dan Australia 29 kasus.
Karena itu, perusahaan manajemen fraud global dan intelijen data GBG mengatakan serangan fraud adalah ancaman serius bagi industri perbankan karena memberikan dampak negatif yang besar seperti kerugian finansial, rusaknya sistem kredit, hukuman pinalti dari regulator hingga hancurnya reputasi sebuah perusahaan perbankan.
Business Development Manager GBG Stephen Tjokro mengatakan regulasi perbankan saat ini di Indonesia mewajibkan perusahaan perbankan memiliki solusi untuk mengantisipasi ancaman fraud yang menyebabkan banyak kerugian. Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis Peraturan nomor 39/POJK.03/2019 mengenai penerapan Strategi Anti Fraud (Fraud Detection Strategy) Bank Umum.
"Ancaman serangan fraud ini nyata dan banyak perbankan yang menjadi korban. GBG memberikan solusi keamanan yang sudah terbukti dalam mengatasi fraud di perbankan Indonesia," katanya di Jakarta, Rabu (27/7).
Bank Indonesia (BI) juga merilis pasal-pasal yang mewajibkan adanya prosedur dan sistem pengelolaan fraud bagi penyelenggara infrastruktur sistem pembayaran. Sebagaimana tertuang dalam PBI nomor 23/7/PBI/2021, sehingga di tahun 2022 ini, penerapan Fraud Detection Strategy ini sudah menjadi kewajiban bagi institusi perbankan dan keuangan.
Para pelaku kejahatan siber sering menggunakan bot sebagai identitas palsu dalam membuat akun nasabah bank sehingga dapat mengelabui bank. Apalagi saat ini banyak perbankan yang sudah banyak beralih ke digital sehingga pendaftaran nasabah dapat dilakukan secara online tanpa perlu datang ke kantor cabang bank.
"Solusi kami dapat mengetahui fraud ini dalam hitungan detik bahkan milidetik. Ciri-ciri bot berbeda dengan orang yang biasa yang membutuhkan spasi. Sedangkan, bot tidak perlu. Solusi kami dapat mempelajari perilakukanya," ujarnya.
GBG Intelligence Center
GBG Intelligence Center adalah salah satu dari modul utama fraud engine milik GBG, Manajemen Risiko Digital, dan platform Intelijen. Kemampuan Intelligence Center milik GBG dapat membantu organisasi untuk melakukan proses validasi dan verifikasi yang lebih baik, serta menilai profil, perilaku, dan tujuan dari individu atau entitas lainnya di seluruh cabang, web, perangkat bergerak, dan aplikasi. GBG Intelligence Center juga dapat mengubah data mentah menjadi intelijen data untuk meningkatkan akurasi dan deteksi penipuan.
GBG telah membantu Lembaga Keuangan (LK) tingkat atas di Indonesia dalam mendeteksi dan mencegah kejahatan keuangan yang kompleks sejak tahun 2006 dan beberappelanggannya di Indonesia termasuk lima dari tujuh bank BUKU 4.
Intelligence Center memiliki 9 kategori kemampuan peningkatan deteksi penipuan yang terhubung dengan teknologi dan mitra data yang terbaik.
GBG Intelligence Center juga memberikan akses on-demand ke berbagai solusi terbaik yang akan terus berkembang untuk mengatasi tipe-tipe penipuan baru, seperti penipuan pihak pertama secara rekayasa sosial atau social engineering, penipuan identitas, pencurian identitas, dan kejahatan siber.
Pengguna juga dapat memperoleh kunci lisensi dan mengaktivasi kemampuan yang mereka butuhkan. Dengan menggunakan Workflow Manager yang dinamis, pengguna dapat merancang dan menjalankan proses yang mereka inginkan untuk meningkatkan efisiensi deteksi penipuan. GBG Intelligence Center dilengkapi dengan solusi manajemen fraud secara end-to-end yang dapat membantu bank dalam mengelola sekitar 5,000 pendaftaran setiap hari untuk tahun ini.
Intelligence Center dipilih karena kemampuannya untuk meningkatkan kinerja dan pengalaman onboarding, serta melakukan pemeriksaan data pihak ketiga secara dinamis. Perusahaan Australia itu juga melihat kelebihan Intelligence Center dalam mempercepat integrasi dengan berbagai sumber data, serta menambah dan memperbarui alur kerja dengan cepat.