Museum Budaya Reog ini juga menjadi upaya untuk menggaet wisatawan dari daerah lain, yang selama ini belum tertarik datang ke Ponorogo. Diakui Kang Giri–sapaan akrabnya, Kabupaten Ponorogo tidak terletak di lokasi strategis. Kabupaten ini tidak dilalui tol dan bukan merupakan jalur utama dari Surabaya menuju kota-kota lainnya. Itu sebabnya, pemerintah perlu melakukan beberapa hal untuk menggaet wisatawan.
Sambutan Hangat dari Seniman
Rencana Bupati ini mendapat sambutan hangat dari para seniman yang terlibat dalam reog, termasuk Mbah Pur. Menurutnya, branding Ponorogo sebagai Kota Reog dan beberapa program berbasis budaya ini dapat membangkitkan kembali reog yang sempat terpuruk akibat pandemi.
Bukan hanya Mbah Pur, Mohammad Jaenuri yang merupakan pembuat topeng Bujang Ganong (penari dalam seni reog) mendukung program bupati ini, karena menurutnya jika Reog makin berkembang dan dikenal orang banyak, akan berimbas langsung ke ekonomi masyarakat, termasuk seniman dan perajin.
“Idenya bagus. Makin banyak pertunjukan reog makin meningkat ekonomi kami. Karena itu sejak anak-anak, dari kecil, harus kita arahkan lah ke reog ini,” tutur pria yang telah membuat topeng Bujang Ganong sejak 10 tahun silam ini.
Senada dengan Jaenuri, Yosika yang merupakan penari Bujang Ganong juga mendukung upaya pemerintah. Menurut pria yang juga seorang YouTuber ini, branding Ponorogo sebagai Kota Reog membuat seniman makin bangga dengan kesenian yang sudah turun temurun ada di kota ini.
Ia juga berharap, setiap acara di Ponorogo menampilkan reog sehingga image dan branding Ponorogo sebagai Kota Reog semakin kental terasa.
“Jangan tampilkan kesenian lain, apalagi kesenian dari luar negeri,” ungkapnya.
Reog inilah yang salah satunya akan diangkat pemerintah Kabupaten Ponorogo di dalam masterplan Smart City dalam Gerakan Menuju Smart City yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Melalui gerakan ini, pemerintah Kabupaten Ponorogo akan mendapat bimbingan untuk berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan daerahnya.