Salah satu contoh terbaik artificial intelligence di bidang retail adalah Amazon Go. Model toko retail grab-and-go ini segera menarik perhatian konsumen begitu toko versi Beta pertamanya diluncurkan pada 2018 lalu di Seattle, AS.
Contoh artificial intelligence yang diperlihatkan oleh Amazon di sini adalah computer vision berbasis machine learning yang digunakan untuk melakukan tracking dan mengestimasi niat setiap orang yang ada di Amazon Go.
Dunia retail pun terhenyak menyaksikan contoh artificial intelligence yang diterapkan di Amazon Go karena digadang-gadang belum pernah ada di bisnis retail.
Inovasi Amazon ini pun mendorong sejumlah pebisnis retail untuk berinvestasi pada teknologi artificial intelligence.
Tren ini diperkirakan Appinventiv akan meningkatkan pengeluaran sektor retail global untuk artificial intelligence. Pada tahun 2022 ini, pengeluaran global tahunan para peritel untuk teknologi artificial intelligence diprediksi akan mencapai US$7,3 miliar.
Secara umum, artificial intelligence dan machine learning akan membantu bisnis retail melalui peningkatan kecepatan, efisiensi, dan akurasi.
Ada beberapa contoh penggunaan artificial intelligence (AI) di bisnis retail, dan bukan hanya chatbot.
1. Menawarkan pengalaman yang lebih personal
Sejak dulu hingga kini, prinsip "customer is the king" masih berlaku. Terpenuhinya harapan akan membuat pelanggan bertambah loyal, dan mungkin royal.
Dengan memanfaatkan data, AI, dan machine learning di kanal retailnya, pemilik brand dapat dengan mudah menelusuri dan kemudian menganalisis pembelian yang pernah dilakukan pelanggan dan perilaku pelanggan untuk membuat penawaran-penawaran yang lebih personal.
Contohnya adalah Color IQ dari Sephora. Sistem berbasis AI ini akan memindai permukaan kulit dan merekomendasikan produk makeup yang cocok untuk pelanggan, berdasarkan warna kulit.
2. Menyederhanakan operasional di toko
Aktivitas operasional di toko semakin kompleks ketika peritel menerapkan retail multi kanal. Pekerjaan di toko tidak hanya berurusan dengan stok dan inventory. Para manajer toko juga harus memberikan informasi produk, melacak penawaran promosi, dan menangani merchandise.
AI dapat membantu menyederhanakan pekerjaan ini, misalnya dengan mengotomatisasi kegiatan back office dan menggunakan robot untuk QC.
3. Pencarian cerdas
Artificial intelligence juga dapat membantu menyederhanakan pencarian produk oleh pelanggan. Si pelanggan dapat memotret barang yang disukai atau ingin dibeli, lalu di web mencari toko yang menjual barang itu.
Machine learning akan membuat klasifikasi dari sejumlah besar barang dari berbagai merchant. Kemudian, sistem cerdas ini akan menyortirnya untuk pelanggan dalam hitungan detik saja. Mencari dan membandingkan produk pun akan semakin mudah bagi pelanggan.
4. Menyesuaikan harga
Contoh penerapan artificial intelligence lainnya di toko retail adalah menetapkan harga produk, memvisualisasikan kemungkinan hasil dari berbagai strategi penetapan harga.
Sistem akan mengumpulkan informasi produk-produk lain, aktivitas promosi, angka penjualan, dan data-data lainnya. Dengan cara ini, peritel dapat menyajikan penawaran terbaik dan memperoleh pelanggan baru, serta meningkatkan penjualan.
5. Mendeteksi barang tidak terpindai
Appventiv mencatat adanya kerugian peritel tak kurang dari US$45 miliar setiap tahunnya akibat barang tidak terpindai saat checkout dan penyusutan.
Artificial intelligence dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan memanfaatkan computer vision dan algoritme AI, peritel dapat menganalisis video feed dan mendeteksi ketika ada barang yang tidak terpindai, lalu memberi tahu staf kasir secara real-time. Teknologi ini juga membantu mengidentifikasi penipuan dan kesalahan pada saat checkout.