Karena apapun bisa dibuat palsu, sangat tidak mungkin untuk membuat hal seperti bisnis online. Selain itu, dampak lainnya juga akan membuat siapa saja bisa memasang backdoor pada sistem digital apapun.
“Saya melihat dunia tanpa cyber security sebagai distopia digital di mana tidak akan ada yang dapat sepenuhnya memanfaatkan peluang yang dibawa oleh teknologi-teknologi terbaru. Tanpa perusahaan dan solusi yang bekerja untuk melindungi data kita, identitas kita, berita yang kita konsumi, serta aplikasi dan perangkat yang kita gunakan, kita akan dibiarkan sendiri untuk mengarungi risiko dan saya yakin tidak ada yang akan memilih untuk melakukannya. Hidup di dunia yang kacau jika seperti ini (red: dunia tanpa cyber security),” tegas Kamluk.
Berdasarkan data Kaspersky, ada 7,2 miliar serangan siber dari Juli 2021 hingga Agustus 2022.
Masih mengenai risiko, Kamluk juga mengungkapkan dalam presentasinya bahwa dari Juli 2021 hingga Agustus 2022, Kaspersky telah mendeteksi dan memblokir lebih dari 7,2 miliar serangan oleh objek jahat termasuk malware (malicious software) dan konten web berbahaya di seluruh dunia.
Dari Agustus 2021 hingga Juli 2022, APAC (Asia-Pasific) menjadi wilayah yang sangat rentan diserang. Satu dari setiap tiga (35%) deteksi objek jahat yang terdeteksi oleh solusi Kaspersky secara global menargetkan pengguna dari wilayah tersebut.
India, Jepang, Vietnam, Cina dan Indonesia adalah lima negara teratas dalam hal upaya infeksi dari serangan jika berdasarkan data.
Baca Juga: Riset: 2 dari 3 Perusahaan di Asia Tenggara Jadi Korban Ransomware
Baca Juga: Kaspersky: Sebagian Besar Pengguna Android Khawatir Terkait Privasi