Find Us On Social Media :

Mengungkap Kendala dan Solusi Implementasi Hybrid Cloud bagi Perusahaan

By Fathia Yasmine, Kamis, 1 September 2022 | 15:09 WIB

Seiring digitalisasi yang makin masif di berbagai sektor, pemanfaatan multi cloud menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perusahaan maupun pelaku usaha kecil mikro dan menengah (UMKM).

Dilansir dalam 2021 Global Workplace Report | NTT, pemanfaatan multi cloud dibanyak industri didorong dari pola kerja Hybrid yang diadopsi secara masif pada saat pandemi yang lalu memungkinkan para karyawan mengakses data dan aplikasi secara fleksibel dimana saja membawa budaya kerja baru work life balance tanpa harus menggadaikan produktivitas.

Kerja hybrid juga mempermudah perusahaan dalam berinteraksi dengan klien, mitra, dan pemasok sehingga meningkatkan kinerja perusahaan secara komprehensif.

Kendati demikian, penerapan pola kerja hybrid pada perusahaan nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan.

Masih dikutip dari laporan yang sama, meskipun sebanyak 54 persen perusahaan setuju membawa pola kerja hybrid ini sebagai pola kerja masa depan dan 72 persen CEO tertarik untuk melanggengkan pola kerja hybrid namun hanya 47.2 persen tim operasional yang setuju untuk melakukan transisi.

Baca Juga: Robot UU, Contoh Artificial Intelligence & 5G di 4th DEWG Meeting G20

Teknologi yang membawa peranan penting untuk pola kerja hybrid selain cyber security dan teknologi kolaborasi secara Mobile dan Remote adalah pemanfaatan Cloud Computing yang menduduki tempat teratas dalam membawa transisi ini. Namun apa saja yang membawa keengganan tim operasional untuk melakukan transisi pola kerja hybrid dilihat dari kompleksitas pemanfaatan Cloud Computing.

Mengutip dari artikel bertajuk “Hambatan Implementasi Hybrid Cloud” milik NTT, salah satu alasan perusahaan enggan melakukan transformasi disebabkan karena lingkungan kerja yang masih kental dengan sistem konvensional.

Memindahkan sebagian ekosistem kerja dari on premises ke cloud tak jarang memerlukan proses dan waktu yang cukup panjang. Terlebih, jika perusahaan tidak memiliki kecukupan sumber daya dan pemahaman teknis yang mumpuni, proses digitalisasi rentan mandek atau berlangsung lebih panjang.

Kesulitan serupa juga ikut dirasakan ketika perusahaan menggunakan banyak cloud sebagai tempat penyimpanan. Mengintegrasikan berbagai jenis ekosistem cloud dalam satu platform tentu bukan hal yang mudah. Dibutuhkan jaringan yang prima agar masing-masing platform tetap stabil tanpa membuat celah keamanan.

Baca Juga: Contoh Artificial Intelligence Ini Bantu Pungut Pajak di Perancis

Sejalan dengan sulitnya implementasi, faktor biaya juga memegang peranan besar. Tanpa perhitungan yang cermat, integrasi antarekosistem cloud akan memicu naiknya biaya operasional, seperti tambahan biaya untuk pembelian perangkat pendukung dan penambahan bandwidth internet.