Data menjadi kunci pertumbuhan industri layanan keuangan (FSI) di kawasan Asia Pasifik. Tak ayal para pemain di sektor ini pun tak hanya menggelontorkan investasi untuk solusi big data, tapi juga menerapkan strategi data yang mumpuni agar dapat memanfaatkan data secara efektif dan efisien. Bank Mandiri dan Unionbank memaparkan strategi data dan cara realisasinya.
Berdasarkan laporan “Global Enterprise Data Maturity Research Report”, terungkap bahwa pengeluaran sektor FSI untuk mendukung inisiatif transformasi digital meningkat sebesar 46%. Tren yang sama juga terlihat di sektor industri telekomunikasi dengan peningkatan pengeluaran sebesar 48%. Hybrid multi-cloud, data, dan solusi analitik adalah beberapa dari inisiatif transformasi digital yang dilakukan kedua sektor tersebut.
Peningkatan pengeluaran ini terjadi akibat meningkatnya volume data di kedua sektor tersebut. Dan tentu saja, perusahaan-perusahaan ingin memanfaatkan data yang mereka miliki untuk kepentingan bisnis.
“Jumlah data terstruktur yang dibuat, disimpan, disalin, dan dikonsumsi secara global telah tumbuh secara eksponensial, dan jumlah total data diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2025. Untuk memahami semua data ini, perusahaan perlu memiliki strategi data enterprise,” tegas Remus Lim, Vice President, Asia Pacific & Japan, Cloudera.
Salah satu bank di Indonesia yang konsisten dalam transformasi digital sehingga berbagai inovasi digitalnya memberikan dampak positif terhadap bisnis dan menghadirkan berbagai layanan digital bagi masyarakat adalah Bank Mandiri.
Hal itu terbukti dari prestasi yang baru saja diraihnya. Bank dengan aset terbesar di tanah air ini baru saja meraih tiga predikat sekaligus di ajang Asiamoney Best Bank Award 2022 di Singapura: The Best Domestic Bank in Indonesia, Best Bank in Digital Solution dan Best Investment Research in Indonesia 2022.
Bagaimana Bank Mandiri menerapkan strategi data enterprise untuk kepentingan bisnis dan nasabah?
Data Sebagai Single Source of Truth
Billie Setiawan, Head of Enterprise Data Analytics Group, Bank Mandiri menjelaskan, ada tiga tantangan pengelolaan data yang dihadapi Bank Mandiri. Pertama adalah perubahan perilaku nasabah. Menurut Bilie, perubahan perilaku nasabah terhadap kanal digital tidak hanya terjadi pada bank tapi juga fintech dan e-commerce.
“Kami benar-benar harus memahami bagaimana (cara) mendekati nasabah. Personalisasi sangat penting untuk memastikan bahwa kita mengetahui apa yang dibutuhkan nasabah ketika akan menawarkan sesuatu dan bagaimana kita harus terhubung dengan mereka,” jelasnya.
Tantangan lain yang dihadapi Bank Mandiri adalah pengelolaan data. Seperti diketahui, Bank Mandiri merupakan hasil merger beberapa bank. Walhasil, Bank Mandiri harus secara cermat melakukan konsolidasi data.
Menurutnya, sangat penting untuk memastikan bank memiliki data yang benar, mengelola data dengan benar, memastikan akurasi dan konsistensi data. Data eksternal pun menjadi kunci bagi bank dan harus secara cermat dikelola.