Menurut survei ini, ketika sebuah perusahaan mempercayakan 50% dari implementasi jaringan, operasional, dan manajemen life cycle kepada pihak ketiga secara berlangganan, maka NaaS adalah konsep yang dibicarakan oleh 93% perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang (APJ) pada kapasitas tertentu. Dan ketertarikan perusahaan di APJ terhadap NaaS adalah karena alasan efisiensi keuangan, fleksibilitas, dan keamanan yang lebih maksimal.
Sekarang, apakah NaaS sama dengan jenis produk as-a-service lainnya, misalnya Software-as-a-Service (SaaS)? “Naas memang sedikit berbeda, karena untuk menghadirkan konektivitas, harus ada sesuatu yang sifatnya fisik di lapangan. Apapun yang kita lakukan, kita tidak dapat sepenuhnya mem-virtualisasi jaringan. Oleh karena itu, NaaS adalah bagaimana kita menyediakan infrastruktur fisik tapi dengan basis bulanan, membuatnya lebih sebagai sebuah layanan,” papar David.
Analogi yang paling sederhana untuk NaaS adalah layanan TV kabel. Penyedia layanan TV kabel menyediakan perangkat fisik berupa set top box sebagai bagian dari layanan dan pelanggan tidak perlu memiliki perangkat tersebut.
Layanan NaaS dari Aruba mencakup beberapa aspek. Pertama, layanan ini berbasis langganan (subscription model) dan bayar sesuai pemakaian (pay as you go). Kedua, pembayaran layanan dihitung per bulan yang mencakup hardware, software, dan services. Penawaran NaaS juga mencakup insight dan kemampuan mengoptimalisasi jaringan. Dan yang terakhir, pelanggan memiliki opsi mengelola sendiri atau mengalihdayakan (outsource) NaaS ke Aruba atau mitranya.
Perhatikan Empat Aspek
David Hughes mengatakan, NaaS bukanlah solusi yang “one-size-fits-all.” Untuk itu, sebelum perusahaan mulai menggunakan NaaS, Aruba harus melakukan assessment terhadap beberapa hal terlebih dulu.
Menurutnya, ada beberapa aspek yang perlu dicermati sebelum perusahaan an organisasi mengadopsi NaaS. Pertama adalah aspek finansial, opex vs capex. “Kami berupaya memahami terlebih dulu posisi pelanggan pada pada spektrum tersebut. Apakah mereka ingin opex atau capex? Apakah mereka ingin beli hardware tapi berlangganan untuk software-nya? Tapi kecenderungannya adalah mereka memilih opex dan ingin dikelola,” ujar David.
Aspek selanjutnya adalah pelanggan akan mengelola sendiri atau mengalihdayakan infrastruktur jaringan sepenuhnya. Aruba juga akan melihat apakah solusi ini akan diimplementasikan di lingkungan yang sifatnya greenfield atau brownfield. “Apakah pelanggan ingin melakukan rip and replace di semua lokasi kantornya, atau mereka ingin melakukannya secara bertahap,” jelasnya. Dan aspek terakhir adalah apakah kebutuhan infrastruktur jaringan pelanggan bersifat ajeg (flat) atau naik turun (flex up atau flex down).
Layanan ini dihadirkan dalam bentuk service pack yang membundelkan hardware, layanan, garanis, dan lain-lain ke dalam skema pembayaran bulanan. “Kami juga bekerja sama dengan para mitra kami untuk menyediakan managed service bagi layanan NaaS ini,” imbuh David.
Manfaat NaaS
Selain fleksibilitas dan efisiensi yang dapat dinikmati pelanggan dari layanan NaaS, apa lagi manfaat yang ditawarkan kepada pelanggan? Senior Director, SEATH, HPE Aruba, Justin Chiah menjelaskan, melalui NaaS, Aruba menghadirkan jaringan yang prediktif. “Sehingga kami dapat menangani isu di jaringan bahkan sebelum terjadi,” jelas Justin.
Kemampuan dimungkinkan berkat kapabilitas Aruba Edge Service Platform (ESP) dan kemampuan Aruba dalam mengumpulkan data telemetri. Dari data-data ini, Aruba memperoleh insight yang dapat membantu dalam aktivitas operasional dan optimalisasi jaringan pelanggan yang dioperasikan Aruba atau para mitranya.
“NaaS juga membantu meringankan beban perusahaan (dalam mengelola jaringan) sehingga mereka dapat lebih fokus pada elemen-elemen inti dalam operasionalnya. Kemudian, baik Aruba atau mitra kami dapat menyediakan panduan tentang operasional jaringan,” jelas Justin.
Ia juga menyoroti manfaat dari sisi skema pembayaran NaaS yang memungkinka n perusahaan mengubah biaya pembelian jaringan ke model langganan.
“Bagian paling menarik dari NaaS ini adalah pengeluaran ‘disebar’ ke beberapa waktu. Bahkan untuk perusahaan kecil menengah, menggati keseluruhan infrastruktur setelah 5-6 tahun adalah big stress. Model opex memungkinkan mereka menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi keuangan perusahaan, dan memungkinkan adopsi teknologi baru dengan lebih cepat,” kata David Hughes.
Satu manfaat lain dari NaaS yang akan dirasakan perusahaan, menurut David, adalah mengatasi masalah kekurangan talenta di bidang jaringan. NaaS intinya adalah memanfaatkan kapabilitas Aruba dan para mitranya sehingga pelanggan tidak perlu lagi memikirkan kebutuhan staf TI yang akan mengurusi jaringan.
Justin memprediksi, Indonesia termasuk negara yang akan mulai mengadopsi NaaS karena alasan keterbatasan talenta di bidang jaringan. Negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik yang sudah menggunakan NaaS adalah Singapura, Australia, dan Jepang. “Terutama untuk mengatasi biaya tenaga kerja yang terbilang mahal,” jelas Justin Chiah.