Find Us On Social Media :

Pemrosesan Dokumen Cerdas Membantu Mencapai Kepatuhan yang Lebih Baik

By Cakrawala, Jumat, 28 Oktober 2022 | 23:15 WIB

Memanfaatkan generasi baru platform pemrosesan dokumen cerdas bisa membuat organisasi tetap di depan tantangan kepatuhan dan membebaskan karyawan untuk meningkatkan produktivitas.

Penulis: Irene Hwa (Senior Director of Field Marketing, Asia Pasifik dan Jepang, Kofax)

 

Salah satu rintangan paling buruk bagi para eksekutif adalah kepatuhan terhadap peraturan yang menciptakan penghalang jalan menuju profitabilitas. Manuver yang belum pernah terjadi sebelumnya diharapkan akan diambil ketika mandat baru ditetapkan, dan sejalan dengan itu membuat pusing, menimbulkan perdebatan, dan meningkatkan kecemasan para eksekutif.

Di tengah lanskap regulasi yang dinamis, dapat dimengerti bahwa kecenderungan untuk memasang S.O.S. signage setiap kali persyaratan baru diusulkan atau disahkan. Peraturan untuk pemerintah, keuangan, dan perlindungan data telah berkembang dalam jumlah dan kompleksitas yang besar. Alahasil organisasi terpapar risiko karena menjadi makin sulit dan memakan waktu untuk dikelola.

Setiap tahun para eksekutif diintimidasi dengan alasan baru untuk memprioritaskan risiko dan kepatuhan (compliance) sehingga menimbulkan lebih banyak kekhawatiran tentang kesiapan organisasi mereka untuk mengelolanya secara efektif. Berkat pandemi COVID-19, manajemen risiko dan kepatuhan telah membelok ke perairan yang belum dipetakan yang dipenuhi dengan hambatan dan tantangan tersembunyi yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait dengan kelangsungan bisnis, akuntabilitas, kewajiban, profitabilitas, dan keselamatan pekerja dan pelanggan. Isu-isu ini dan lainnya telah memaksa para eksekutif untuk memeriksa kembali bagaimana bisnis mereka beroperasi.

Laporan benchmark Kofax Intelligent Automation 2022 yang menyertakan responden dari Singapura menunjukkan para pemimpin bisnis fokus pada alur kerja operasional dan keuangan, dengan minat khusus pada otomatisasi transaksi rutin. Yang paling diperhatikan oleh para eksekutif Singapura dalam survei tersebut adalah memastikan orkestrasi yang berkelanjutan dari berbagai proses otomatis mereka untuk menjaga sistem tetap berjalan dengan lancar. Sebanyak 94% pembuat keputusan mengatakan proses kunci harus diperbarui untuk mematuhi kepatuhan terhadap peraturan. Pergeseran menuju otomatisasi datang ke eksekutif yang berusaha untuk merampingkan operasi mereka. Setidaknya 82% ingin mengubah operasi back-office dan 92% berniat memaksimalkan nilai investasi TI.

Perusahaan harus memprioritaskan ulang dan memutar dari rencana lama untuk mentransfromasi operasi bisnis mereka secara digital. Proses yang seharusnya dapat dengan mudah mematuhi peraturan baru, masih dilakukan secara manual. Konsekuensi dari pendekatan yang terhenti ini berarti kesalahan dan penundaan terkait "the paper game" akan terus menaikkan biaya dari kepatuhan.

Mendongrak Alur Kerja Pemrosesan Dokumen ke Tingkat yang Lebih Tinggi

Baik itu peraturan baru atau yang sudah ada, masalahnya adalah peraturan menghabiskan waktu dan menambah kompleksitas alur kerja operasional, yang secara inheren meningkatkan risiko kesalahan. Ini sangat rentan dalam alur kerja pemrosesan dokumen yang rentan karena kesalahan manusia yang tak terhindarkan, membuat proses manual dan berbasis kertas menjadi cara umum bagi organisasi bermasalah dengan regulator.